Minggu, 24 April 2011

TAWAKAL

Sebagai seorang muslim yang mengimani akan adanya kehidupan akhirat, maka kebutuhan kita terbagi atas kebutuhan dunia dan kebutuhan akhirat. Untuk memenuhi kebutuhan itu maka kita tak lepas dari usaha untuk mendapatkan apa yang kita butuhkan, baik untuk hidup dunia maupun di akhirat. Sebelumnya kita pun sama maklum bahwa, ciri kehidupan ditandai dengan adanya aktivitas. Dan kehidupan akan selalu berkaitan dengan kebutuhan dan rezeki.

Segala sesuatu yang ada di dunia, baik materi maupun non materi adalah sesuatu ketersediaan bagi kebutuhan manusia. Hanya saja sebatas apa kita mampu mendapatkan atau meninggalkannya sampai kita merasa cukup dengannya. Ambil saja contoh kebutuhan akan makan. Pada umumnya manusia makan dalam sehari tiga kali. Tapi bisa saja menambah jadi empat atau lima kali atau bahkan bagi orang yang mementingkan kebutuhan nikmatnya akan rasa makan, setiap satu jam ia dapat makan sepiring nasi, yaitu dengan mengkonsumsi obat atau ramuan penghancur makanan dalam perut setelah menyantap makanan hingga dalam waktu setengah jam makanan yang dimasukkan dalam perut hancur dam dapat keluar menjadi kotoran, hingga ia merasa lapar dan jam berikutnya ia bisa menikmati makan sepiring nasi kembali, dan begitu seterusnya.  Begitu juga manusia bisa mengurangi makan menjadi dua kali atau satu kali dalam sehari.

Tentang rezeki yang dikaruniakan Allah kepada manusia, Hatim Al-Asham berkata: "Aku yakin, bahwa dunia dan akhirat adalah kerajaan Allah; aku yakin rezeki dan sebab-sebab didapatkannya hanyalah di tangan kekuasaan Allah."

Firman Allah dalam Al-Qur'an, menunjukkan bahwa rezeki itu datang dari Allah, bukan dari yang lain:
اللهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ
"Allah-lah yang menciptakan kamu kemudian memberimu rezeki." (QS. Ar-Rum: 40)


Allah pun berjanji akan memberikan rezeki, seperti firman-Nya:
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
"Sesungguhnya Allah, Dia-lah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh ." (QS. Adz-Dzariyat: 58)


Tidak hanya berjanji, tapi Allah menjamin akan memberi rezeki, seperti firman-Nya:
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
"Dan tidak ada satu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya." (SQ. Hud: 6)


Bahkan tidak hanya menjamin, tapi lebih jauh Allah bersumpah akan memberi apa yang Allah janjikan. Firman-Nya:
فَوَرَبِّ السَّمَاءِ وَالأرْضِ إِنَّهُ لَحَقٌّ مِثْلَ مَا أَنَّكُمْ تَنْطِقُونَ
"Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan." (QS. Adz-Dzariyat: 23)


Firman-firman Alah di atas menunjukkan pernyataan,  janji,  jaminan dan sumpah Allah kepada kita atas rezeki buat kita, untuk kita yakini. Hasan Al-Basyri mengatakan: "Allah melaknat suatu kaum, di mana Allah telah bersumpah kepadanya (akan memberi rezeki) tapi mereka tidak mempercayainya." Uwais Al-Qorni ra. juga berkata: "Sekali pun anda beribadah kepada Allah seperti ibadahnya semua penghuni langit dan bumi, Allah tidak akan menerima ibadah anda, sebelum anda membenarkan-Nya." Ketika ditanya: "Bagaimana cara kita membenarkan-Nya?" Uwais menjawab: "Percaya dan merasa aman atas jaminan Allah kepada anda, yaitu mengenai urusan rezeki anda, sehingga anda dapat menunaikan ibadah secara fokus, tanpa terganggu persoalan rezeki."

Bagi kita seorang muslim yang dalam kehidupan sehari-hari bekerja pada umumnya, seperti pedagang/pengusaha, pegawai/karyawan, petani, nelayan, tukang, dokter, guru dll. (maqam Sabab), maka dalam usaha memenuhi kebutuhannya haruslah selalu memperhatikan agar setiap aktivitas yang kita lakukan mempunyai nilai ibadah. Meyakini bahwa rezeki itu semata-mata datang dari Allah SWT, bukan dari apa yang kita usahakan. Untuk mendapatkan rezeki dan menghindari dari tuntutan nafsu, hanya dapat diatasi dengan tawakal, agar bisa tenang dan tenteram serta terjaganya segala aktivitas kita tetap selalu bernilai ibadah kepada Allah SWT, bukan semata-mata mengejar  kepentingan nafsu keduniaan. Karena aktivitas yang bernilai ibadah kepada Allah inilah merupakan bekal persiapan untuk kebutuhan kita di akhirat kelak.

Perintah Allah dalam Al-Qur'an:
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِ وَكَفَى بِهِ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًا
"Dan bertawakallah kepada Allah Yang Maha Hidup (kekal) yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya,  ." (QS. Al-Furqan: 58)

وَعَلَى اللّه ِفَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
"Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (QS. Al-Maidah: 23)

فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
"Apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya." (QS.Ali Iman: 159)

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
" .....Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. (QS. Ath-Thalaq: 2)
 
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
 Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS. Ath-Thalaq: 3)

Jika kita merasa takut tidak dapat rezeki karena adanya persaingan bisnis misalnya, hingga  melakukan tindakan-tindakan yang merugikan dan melanggar syari'at, maka kita termasuk orang yang tidak meyakini jaminan Allah SWT atas rezeki untuk kita dan jauh dari sifat tawakal kepada Allah SWT. Jika semisal pesaing kita menimbulkan pengaruh bisnis kita kurang mendatangkan untung,  yakinlah atas jaminan dan sumpah Allah SWT tentang pemberian rezeki pada setiap makhluk-Nya. Kita dituntut tetap bertawakal kepada Allah, dan yakinlah, Allah akan memberikan rezeki dari jalan atau sebab lain yang tidak kita ketahui. Karena kita tidak diwajibkan mencari tahu sebab datangnya rezeki, tapi kita yang diwajibkan adalah berikhtiyar sesuai dengan syari’at Allah dan meyakini adanya jaminan Allah atas rezeki dan selalu beribadah serta bertawakal kepada-Nya.

Kebanyakan dari kita yang berada dalam posisi maqam Sabab, yaitu melakukan pekerjaan atau berusaha memenuhi kebutuhan hidup di dunia sebagai profesi yang berkecimpung di dunia ekonomi, banyak menemui godaan yang bersumber pada nafsu keduniaan yang dapat merusak segala aktivitas yang bernilai ibadah. Nafsu selalu menuntut kita untuk selalu dipenuhi kebutuhannya. Padahal kebutuhan akan nafsu jauh meninggalkan dan merusak nilai-nilai ibadah. Nafsu tidak akan merasa cukup. Ia selalu merasa kurang dan berambisi untuk mengejar kesenangan dan sahwat duniawi yang tidak pernah ada batasnya. Nah di sinilah pentingnya kita selalu bertawakal kepada Allah, hingga kita menemukan rasa cukup, seberapa pun rezeki yang kita peroleh, agar  pelaksanaan ibadah kepada Allah yang kita lakukan sebagai usaha pemenuhan kebutuhan kita kelak di akhirat tidak mengalami kerusakan.


oleh: BY Kasalo

Jumat, 22 April 2011

Penjelasan Dibalik Nomor KTP Indonesia


Inilah Penjelasan dan Rahasia Dibalik Nomor KTP Indonesia yang wajib anda ketahui. Bagi anda yang telah berumur 17 tahun atau lebih pasti anda telah memiliki atau paling tidak telah mengetahui apa itu KTP (Kartu Tanda Penduduk). Tapi mungkin kebanyakan dari anda belum mengetahui kalau hanya dari nomor yang terdapat di KTP anda, dapat menunjukkan dengan pasti dimana anda tinggal, jenis kelamin anda dan tanggal lahir anda. Sekali lagi saya tekankan hanya dari nomor saja tanpa melihat keterangan lain yang terdapat pada KTP anda.

Nomor KTP, disadari ataupun tidak, merupakan nomor yang begitu penting bagi warga Indonesia. Mungkin nomor KTP anda lebih penting bila dibandingkan nomor rekening bank anda. Tiap ada formulir yang mesti diisi oleh masyasarat, biasanya ada kotak tempat pengisian nomor KTP, entah itu formulir untuk penggantian kartu ATM, membuka rekening bank, membuat SIM ataupun formulir yang lain. Singkatnya, nomor KTP sangat penting bagi kita semua sebagai warga Negara Indonesia.


Nomor KTP yang kita miliki mempunyai 16 digit bilangan yang tersusun sebagai berikut:

PPKKCC.HHBBTT.RRRR

Keterangan Nomor KTP

PP adalah nomor kode Provinsi tempat dimana diterbitkannya KTP.
KK adalah nomor kode Kabupaten/Kota tempat dimana diterbitkannya KTP.
CC adalah nomor kode Kecamatan tempat dimana diterbitkannya KTP.

HH adalah tanggal hari lahir dari pemilik KTP.
BB adalah bulan lahir dari pemilik KTP.
TT adalah tahun lahir dari pemilik KTP.

RRRR adalah nomor registrasi yang tertera saat pengajuan pembuatan KTP (Register Number).

Nomor kode wilayah baik Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan, masing-masing diambil dari nomor kode wilayah yang berdasarkan sistem klasifikasi dari Badan Pusat Statistik (BPS). Jadi misalkan, bila anda mengajukan permohonan pembuatan KTP di kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Maka 6 digit pertama pada nomor KTP anda adalah 317302. Dimana angka 31 menunjukkan kode wilayah Provinsi D.K.I. Jakarta, selanjutnya angka 73 menunjukkan kode wilayah Kota Jakarta Pusat dan angka 02 menunjukkan kode wilayah Kecamatan Menteng.

6 digit selanjutnya yang bertanda HHBBTT adalah tanggal, bulan dan tahun lahir dari pemegang KTP. Untuk 2 digit HH yang menunjukkan tanggal kelahiran terdapat sedikit perlakuan khusus. Dimana bila pemegang KTP adalah wanita maka tanggal lahirnya akan ditambahkan dengan 40. Alasan ditambahkan angka 40 adalah agar memberi perbedaan yang jelas. Dengan jumlah hari dalam satu bulan yang maksimal berjumlah 31, maka diambil bilangan yang lebih besar dari itu untuk memberikan perbedaan yang jelas. Misalkan jika ditambah dengan angka 20, seorang perempuan yang lahir di tanggal 5 jika ditambahkan 20 akan menjadi 25 yang akan rancu dengan seorang laki-laki yang lahir pada tanggal 25.

Sedangkan angka yang diambil untuk bagian TT adalah 2 digit terakhir dari tahun kelahiran pemegang KTP. Jadi bila pemegang KTP lahir pada 17 Agustus 1975 maka enam digit HHBBTT akan tertulis dengan angka 170875 bila ia laki-laki dan 570875 bila ia seorang perempuan.

4 digit terakhir bertanda RRRR adalah nomor registrasi. Ini adalah nomor yang tertera saat pengajuan pembuatan KTP. Nomor inilah yang menjaga agar tidak ada 2 orang yang yang tinggal di daerah yang sama serta memiliki jenis kelamin dan tanggal lahir yang sama mempunyai nomor KTP yang sama. Jadi kalau misalnya setelah si A terdaftar, ternyata ada orang lain lagi di Kecamatan tersebut yang ternyata mempunyai tanggal, bulan dan tahun yang sama persis dengan si A dan berjenis kelamin yang sama pula maka dia akan mempunyai nomor registrasi yang berbeda untuk membedakannya dengan si A.

Bagi anda yang ingin mengetahui kode wilayah Kecamatan, Kabupaten/Kota dan Provinsi tempat dimana anda tinggal, anda dapat melihat langsung di Daftar Kode Wilayah ini setelah mendownloadnya. Saya jelas tidak dapat membaginya di posting ini karena banyaknya jumlah Kecamatan di Negara kita ini. Mungkin akan terdapat sedikit perbedaan karena data tersebut adalah data tahun 2008. Seperti kita ketahui banyak pemekaran wilayah yang terjadi akhir-akhir ini, yang mungkin saja menyebabkan perbedaan data tersebut dengan data pada saat ini.


Sumber: blak-blakan.com 

Do'a Akasah

دُعَاءُ عَكَاشَة رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
Keutamaan Do'a Akasah

1. Barang siapa membacanya atau menulisnya (disimpan dirumahnya) insya Allah dia akan diampuni oleh Allah SWT segala dosanya.

2. Barang siapa yang membacanya, insya Allah akan dilapangkan rizkinya, dilindungi rumahnya dari bahaya kebakaran, karena Allah SWT selalu merahmatiNya.

3. Bila bepergian dapat membaca do'a ini, insya Allah selamat dari marabahaya.

4. Bila punya banyak hutang, bacalah do'a ini dengan istiqomah, Insya Allah diberi kemudahan / jalan untuk melunasi hutangnya.

5. Serta bila ada orang gila, kesurupan, sakit panas, lalu dibacakan do'a ini, insya Allah dapat sembuh dengan izin Allah SWT.

NB: Bait demi bait dalam doa ini penuh makna dan menyentuh hati. Mengagungkan Nama dan Sifat Allah yang mulia, serta memohon ampunan kepada Allah atas berbagai macam dosa yang mungkin banyak terdapat pada diri kita baik kita ketahui maupun tidak kita ketahui.

Doa Akasyah Dalam kitab Mujarabat ada menyatakan bahwa doa Akasah ini pada asalnya dibawa oleh Malaikat Jibril as.s dari arasy… dari sayyidina Abu Bakar A-Siddiq r.a telah berkata, pada suatu hari aku sedang duduk di hadapan Rasulullah SAW di dalam Masjid Madinah AL Munawwarah, tiba-tiba datang Malaikat Jibril as. Dengan membawa Doa Akasyah lalu diberikan kepada Rasulullah SAW seraya berkata.. Wahai Rasulullah, sesungguhnya apa yang aku bawa ini?

Doa Akasyah yang sejak dari Nabi Adam a.s. dan nabi-nabi lain belum pernah diberi kecuali kepada engkau. Kata Malaikat Jibril lagi, sesungguhnya aku melihat Doa Akasyah ini tergantung di bawah Arasy selama 90,000 tahun sebelum Allah menciptakan dunia seisinya. Fadhilahnya:

1- Dapat menghafal Al Quran: Hendaklah membaca doa ini sebelum membaca Al Quran dengan penuh ikhlas kepada Allah SWT, Sayyidina Abu Bakar As-Siddiq ra berkata, Rasulullah SAW pernah bersabda kepadaku,, Wahai Abu Bakar, janganlah kamu tinggal membaca doa Akasyah ini, sebab membaca doa ini bererti akan memperoleh kesentosaan dan anugerah dari Allah SWT, dapat menghafal Al Quran dan Kitab, Sayyidina Usman Ibnu Affan ra. Pernah berkata, Sesungguhnya aku dapat menghafal Al Quran dengan berkah doa Akasyah ini.

2- Memperolehi kekuatan luar biasa: Sayyidina Ali ibnu Abu Talib ra. Pernah berkata, Aku telah memiliki kekuatan dan keberanian yang laur biasa disebabkan berkahnya Doa Akasyah ini.

3- Diampuni Allah SWT segala Dosa.

4- Membaca dengan ikhlas hati benar2 kerana Allah secara istiqomah,Insya Allah diberi ampunan dan dihapuskan segala dosa.

5- Pada hari kiamat akan diberi Allah SWT pahala yang besar, Hasan Basri ra berkata, Sesungguhnya aku telah mendegar Rasulullah SAW bersabda; Bahawa seseorang itu tidak akan memperolehi pahala yang berlimpah-limpah seperti pahala orang yg membaca Doa Akasyah ini… Syeikh Sya’ban ra berkata, Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, Barang siapa membaca doa Akasyah ini, jika ia meninggal dunia, maka ia sentiasa mendapat anugerah dari Allah SWT banyak nya malaikat ikut menghantarkan jenazahnya kekubur, yang satu malaikat telah membawa nur.

6- Mendapat darajat yg tinggi didunia dan akhirat, DALam hidupnya sentiasa membaca doa tersebut, niscaya Allah SWT mengangkat derajatnya di dunia dan akhirat, Apabila bangkit dari kubur, wajahnya seperti bulan purnama…banyaknya malaikat berada disekeliling nya,yang semuanya membawa bendera dari cahaya terus menuju ke syurga bersama-sama orang yang membaca doa Akasyah.Orang yg berada di padang mahsyar merasa kagum dan tercengang/heran karena dihormati oleh para malaikat dan orang soleh. Wallahu ‘alam.

بسم الله الرّحمن الرّحيم 

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ . بِسْمِ اللهِ النُّوْرِ . نُوْرٌ عَلَى نُوْر . اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي خَلَقَ النُوْرَ وَأَنْزَلَ التَّوْرَاةَ عَلَى جَبَلِ الطُّوْرِ فِي كِتَابٍ مَسْطُوْرٍ . اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي بِالْغِنَاءِ مَذْكُوْرٌ وَبِالْعِزَّةِ وَالْجَلاَلِ مَشْهُوْرٌ وَعَلَى السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ مَشْكُوْرٌ . وَالْحَمْدُ للهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّوْرَ . ثُمَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُوْنَ . كهيعص . حمعسق . إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ . يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ . اللهُ لَطِيْفٌ بِعِبَادِهِ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيْزُ . يَا كَافِي كُلِّ شَيْءٍ اَكْفِنِي وَاصْرِفْ عَنِّي كُلَّ شَيْءٍ بِيَدِكَ الْخَيْرِ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ . اللهُ يَا كَثِيْرَ النَّوَالِ وَيَا دَائِمَ الْوِصَالِ وَيـَا حَسَنَ الْفِعَالِ وَيـَا رَازِقَ الْعِبَادِ عَلَى كُلِّ حَالٍ وَيـَا بَدِيْعًا بِلاَ مِثَالٍ وَيـَا بَاقٍ بِلاَ زَوَالٍ نَجِّنَا مِنَ الْكُفْرِ وَالضَّلاَلِ . بِحَقِّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ . اللَّهُمَّ إِنْ دَخَلَ الشَّكُّ فِي إِيْمَانِي بِكَ وَلَمْ أَعْلَمْ بِهِ أَوْ عَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَأَسْلَمْتُ وَأُقْوُلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ . اللَّهُمَّ إِنْ دَخَلَ الْكُفْرَ فِي إِسْلاَمِي بِكَ وَلَمْ أَعْلَمْ بِهِ أَوْ عَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَأَسْلَمْتُ وَأُقْوُلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. اللَّهُمَّ إِنْ دَخَلَ الشَّكُّ فِي تَوْحِيْدِي إِيـَّاكَ  وَلَمْ أَعْلَمْ بِهِ أَوْ عَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَأَسْلَمْتُ وَأُقْوُلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. اللَّهُمَّ إِنْ دَخَلَ الْغَيْبُ وَ اْلكِبْرُ وَالرِّيـَاءُ وَالسُّمْعَةُ وَالنُّقْصَانُ فِي عَمَلِي لَكَ وَلَمْ أَعْلَمْ بِهِ أَوْ عَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَأَسْلَمْتُ وَأُقْوُلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. اللَّهُمَّ إِنْ جَرَى الْكَذِبُ وَالْغِيْبَةُ وَالنَّمِيْمَةُ وَالْبُهْتَانُ عَلَى لِسَانِي وَلَمْ أَعْلَمْ بِهِ أَوْ عَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَأَسْلَمْتُ وَأُقْوُلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ سَلَّمَ. اللَّهُمَّ إِنْ دَخَلَ الْخَطْرَةُ وَالْوَسْوَسَةُ فِي صَدْرِي وَلَمْ أَعْلَمْ بِهِ أَوْ عَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَأَسْلَمْتُ وَأُقْوُلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ سَلَّمَ. اللَّهُمَّ إِنْ دَخَلَ التَّشْبِيْهُ وَالتَّقْصِيْرُ فِي مَعْرِفَتِي إِيـَّاكَ وَلَمْ أَعْلَمْ بِهِ أَوْ عَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَأَسْلَمْتُ وَأُقْوُلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ سَلَّمَ. اللَّهُمَّ إِنْ دَخَلَ النِّفَاقُ فِي قَلْبِي مِنَ الذُّنـُوْبِ الْكَبَائِرِ وَالصَّغَائِرِ كُلِّهَا وَلَمْ أَعْلَمْ بِهِ أَوْ عَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَأَسْلَمْتُ وَأُقْوُلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ سَلَّمَ. اللَّهُمَّ إِنْ دَخَلَ الرِّيـَاءُ فِي أَعْمَالِي وَأَقْوَالِي  بِكَ وَلَمْ أَعْلَمْ بِهِ أَوْ عَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَأَسْلَمْتُ وَأُقْوُلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ سَلَّمَ. اللَّهُمَّ مَا عَمِلْتُ مِنْ سُوْءٍ وَلَمْ أَعْلَمْ بِهِ أَوْ عَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَأَسْلَمْتُ وَأُقْوُلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ سَلَّمَ.  اللَّهُمَّ مَا أَرَدْتُ لِي مِنْ خَيْرٍ فَلَمْ أَشْكُرْهُ وَلَمْ أَعْلَمْ بِهِ أَوْ عَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَأَسْلَمْتُ وَأُقْوُلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ سَلَّمَ. اللَّهُمَّ مَا قَدَرْتَ عَلَيَّ مِنْ أَمْرٍ فَلَمْ أَرْضَهُ وَلَمْ أَعْلَمْ بِهِ أَوْ عَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَأَسْلَمْتُ وَأُقْوُلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ سَلَّمَ. اللَّهُمَّ مَا أَنْعَمْتَ عَلَيَّ مِنْ نِعْمَةٍ فَعَصَيْتُكَ فِيْهِ وَلَمْ أَعْلَمْ بِهِ أَوْ عَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَأَسْلَمْتُ وَأُقْوُلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ سَلَّمَ. اللَّهُمَّ مَا أَوْلَيْتَنِي مِنْ نَعْمَائِكَ فَغَفَلْتُ عَنْ شُكْرِكَ وَلَمْ أَعْلَمْ بِهِ أَوْ عَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَأَسْلَمْتُ وَأُقْوُلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ سَلَّمَ. اللَّهُمَّ مَا أَوْلَيْتَنِي مِنْ آلاَئِكَ فَلَمْ أُؤَدِّ حَقَّهُ وَلَمْ أَعْلَمْ بِهِ أَوْ عَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَأَسْلَمْتُ وَأُقْوُلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ سَلَّمَ. اللَّهُمَّ مَا مَنَنْتُ عَلَي مِنَ الْحُسْنَى فَلَمْ أَحْمَدُكَ وَلَمْ أَعْلَمْ بِهِ أَوْ عَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَأَسْلَمْتُ وَأُقْوُلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ سَلَّمَ. اللَّهُمَّ مَا أَجَبْتَ لِي بِهِ عَلَيَّ مِنَ النَّظْرِ فِيْكَ فَغَمَضْتُ عَنْهُ وَلَمْ أَعْلَمْ بِهِ أَوْ عَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَأَسْلَمْتُ وَأُقْوُلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ سَلَّمَ. اللَّهُمَّ مَا صَنَعْتَ فِي عُمْرِي بِمَا لَمْ تَرْضَ وَلَمْ أَعْلَمْ بِهِ أَوْ عَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَأَسْلَمْتُ وَأُقْوُلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ سَلَّمَ. اللَّهُمَّ مَا قَصَرْتَ مِنْ عَمَلِي فِي رَجَائِكَ وَلَمْ أَعْلَمْ بِهِ أَوْ عَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَأَسْلَمْتُ وَأُقْوُلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ سَلَّمَ. اللَّهُمَّ إِنِ اعْتَمَدْتَ عَلَى أَحَدٍ سِوَاكَ فِي الشَّدَائِدِ وَلَمْ أَعْلَمْ بِهِ أَوْ عَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَأَسْلَمْتُ وَأُقْوُلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ سَلَّمَ . اللَّهُمَّ إِنِ اسْتَعَنْتُ غَيْرَك فِي النَّوَائِبِ وَلَمْ أَعْلَمْ بِهِ أَوْ عَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَأَسْلَمْتُ وَأُقْوُلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ سَلَّمَ.  اللَّهُمَّ مَا أَصْلَحَ فِي شَأْنِي بِفَضْلِكَ وَرَأَيْتُهُ مِنْ غَيْرِكَ وَلَمْ أَعْلَمْ بِهِ أَوْ عَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَأَسْلَمْتُ وَأُقْوُلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ سَلَّمَ. اللَّهُمَّ إِنْ زَلَّتْ قَدَمِي عَنِ الصِّرَاطِ بِالسُّؤَالِ مِنْ غَيْرِكَ يُثَبِّتْنِي وَلَمْ أَعْلَمْ بِهِ أَوْ عَلِمْتُ تُبْتُ عَنْهُ وَأَسْلَمْتُ وَأُقْوُلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ سَلَّمَ. اللَّهُمَّ يـَا حَيُّ يـَا قَيُّوْمُ  يَا حَنَّانُ  يَا مَنَّانُ  يَا دَيـَّانُ يـَا سُلْطَانُ يَا لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنَجِّي الْمُؤْمِنِيْنَ وَزَكَرِيـَّا إِذْ نَادَى رَبَّهُ رَبَّ لاَ تَذَرْنِي فَرْدًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْوَارِثِيْنَ .اللَّهُمَّ بِحَقِّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَبِعِزَّتِهِ وَبِحَقِّ الْكُرْسِيِّ وَسَعَتِهِ وَبِحَقِّ الْعَرْشِ وَعَظَمَتِهِ وَبِحَقِّ الْقَلَمِ وَجِرْيَانِهِ وَبِحَقِّ اللَّوْحِ  وَحَفَظَتِهِ وَبِحَقِّ الْمِيْزَانِ وَخِفَّتِهِ وَبِحَقِّ الصِّرَاطِ وَرِقَّتِهِ وَبِحَقِّ جِبْرِيْلَ وَأَمَانَتِهِ وَبِحَقِّ مِيْكَائِيْلَ وَشَفَقَتِهِ وَبِحَقِّ إِسْرَافِيْلَ وَنفْخَتِهِ وَبِحَقِّ عِزْرَائِيْلَ وَقَبْضَتِهِ وَبِحَقِّ رِضْوَاَن وَجَنَّتِهِ وَبِحَقِّ آدَمَ وَ صَفْوَتِهِ وَبِحَقِّ شِيْثٍ وَنُبُوَّتِهِ وَبِحَقِّ نُوْحٍ وَسَفِيْنَتِهِ وَبِحَقِّ إِبْرَاِهِيْمَ وَخُلَّتِهِ وَبِحَقِّ إِسْحَاقَ وَدِيَاَنِتِهِ وَبِحَقِّ إِسْمَاعِيْلَ وَذَبِيْحَتِهِ وَبِحَقِّ يَعْقُوْبَ وَحَسْرَتِهِ وَبِحَقِّ يُوْسُفَ وَغُرْبَتِهِ وَبِحَقِّ مُوْسَى وَآيَاتِهِ وَبِحَقِّ هَارُوْنَ وَحُرْمَتِهِ وَبِحَقِّ هُوْدٍ وَهَيْبَتِهِ وَبِحَقِّ صَالِحٍ وَنـَاقَتِهِ وَبِحَقِّ لُوْطٍ وَجِيْرَاتِهِ وبِحَقِّ يُوْنُسَ وَدَعْوَتِهِ وَبِحَقِّ دَانِيَالَ وَكَرَامَتِهِ وَبِحَقِّ زَكَرِيَّا وَطَهَارَتِهِ وَبِحَقِّ عِيْسَى وَرُوْحانيته وبحق سيدنا محمد المصطفى صلى الله عليه وسلم وشفاعته . اللهم يا حي يا قيوم يا لا إله إلا أنت سبحانك إني كنت من الظالمين فاستجبنا له ونجيناه من الغم وكذلك ننجى المؤمنين لا إله إلا هو عليه توكلت وهو رب العرش العظيم . حسبي الله ونعم الوكيل نعم المولى ونعم النصير ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم . ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار وصلى الله على خير خلقه ونور عرشه سيدنا محمد ونبينا وشفيعنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين برحمتك يا أرحم الراحمين . آمين . آمين . يا رب العالمين.

   Terjemah Do'a Akasah

Dengan Asma' Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih.Ya Allah, tetapkanlah shalawat dan salam atas junjungan kami Nabi Muhammad, Keluarga dan shahabat-shahabat beliau.
Dengan Asma' Allah yang menyinari sinar diatas sinar, Segala puji bagi Allah Pencipta nur dan menurunkan kitab Taurat diatas gunung Thurdi dalam kitab yang tertulis, Segala Puji bagi Allah Yang Disebut kaya dengan kemulyaan dan keagungan yang dikenal dan atas senang dan susah yang disyukuri dan segala puji bagi Allah yang menciptakan langit dan bumi dan menjadikan gelap dan terang, kemudian orang-orang kafir kepada Tuhannya dan berpaling.
Kaf Ha Ya 'Ain Shaad, Ha Mim 'Ain Sin Qaf, hanya kepada-Mu lah kami menyembah dan memohon pertolongan, hai Dzat Yang Hidup Tegak Kokoh, Allah Yang sangat belas kasihan kepada hamba-Nya memberi rizki kepada siapa saja yang dia kehendaki, Dia sangat kuat dan mulia, hai Dzat Yang mencukupi segala sesuatu, cukupilah aku dan palingkanlah dariku segala sesuatu dengan kekuasaanMu yang baik, bahwasanya Engkau berkuasa atas segala-galanya.
Ya Allah, Dzat Yang banyak pemberiannya dan Yang selalu bertemu, Yang bagus perbuatannya, Pemberi rizki hamba-hambaNya pada setiap keadaan, hai Dzat Pencipta pertama kali dengan tidak melalui contoh, hai Dzat yang langgeng, yang tidak akan binasa, selamatkanlah kami dari kufur dan tersesat dengan : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
 Ya Allah, seandainya kufur/rasa bimbang dan ragu masuk dalam keimananku kepada Engkau sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
 Ya Allah, seandainya kufur masuk kedalam keislamanku kepada Engkau sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
 Ya Allah, seandainya rasa bimbang dan ragu masuk ke dalam ketauhidanku terhadap Engkau, sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
 Ya Allah, seandainya rasa sombong, takabur,riya' dan sum'ah / menonjolkan diri dan kekurangan di dalam amal perbuatanku bagi Engkau masuk ke dalam hatiku sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
 Ya Allah, seandainya sifat dusta, pengumpat, mengadu domba dan pembohong berjalan pada mulutku sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
 Ya Allah, seandainya di dalam hatiku terlintas rasa was-was sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
 Ya Allah, seandainya rasa penyerupaan dan lalai masuk ke dalam ma'rifatku kepada Engkau sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
 Ya Allah, seandainya rasa nifak, dosa-dosa besar dan kecil masuk ke dalam hatiku maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
 Ya Allah, seandainya sifat riya' masuk ke dalam amal perbuatanku dan perkataanku sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
 Ya Allah, kejahatan-kejahatan yang telah aku perbuat sedang aku tidak tahu atau tahu, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
 Ya Allah, kebaikan-kebaikan yang Engkau kehendaki bagiku, lalu aku tidak dapat mensyukuri sedang aku tidak tahu atau tahu, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
 Ya Allah, hal-hal yang telah Engkau takdirkan kepadaku, lalu aku tidak bergembira atau tidak menerimakannya sedang aku tidak tahu atau tahu, maka bertaubatlah aku dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
 Ya Allah, kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau berikan kepadaku, lalu aku salah gunakan, durhaka kepadamu sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
 Ya Allah, kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau kuasakan kepadaku, lalu aku tidak bersyukur kepada Engkau sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
 Ya Allah, kebaikan-kebaikan yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan aku tidak memujiMu, sedang aku tidak tahu atau tahu, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
 Ya Allah, berfikir dalam kekuasaanMu yang Engkau ciptakan terhadapku, lalu aku menutup mata, sedang aku mengetahui atau tidak, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
 Ya Allah, perbuatan-perbuatan yang aku lakukan sepanjang umurku, lalu Engkau tidak ridha, sedang aku mengerti atau tidak, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
 Ya Allah, amal perbuatanku yang Engkau perpendek di dalam mengharap-harap rahmatMu, sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
 Ya Allah, jika aku bergantung kepada selain Engkau di dalam menghadapi kepayahan-kepayahan, sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
 Ya Allah, jika aku memohon pertolongan kepada selain Engkau, dalam kecelakaan dan bahaya, sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
 Ya Allah, urusan-urusanku yang telah Engkau baguskan dengan anugerah Engkau dan pandanganku salah, sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
 Ya Allah, jika aku tegelincir menyimpang dari jalan lurus (shirat), karena memohon kepada selain Engkau, sedang aku tidak mengerti atau mengerti, maka aku bertaubat dan berserah diri dengan mengucap : La ila ha illallah Muhammadur Rasulullah SAW.
 Ya Allah, Yang Hidup tegak kokoh, Yang memiliki rahmat dan banyak anugerahNya, banyak memberi dan Pemilik kerajaan, Tidak ada Tuhan yang lain kecuali Engkau, maha suci Engkau, bahwasanya aku menganiaya diri sendiri, (firman Allah) :
"Lalu Kami kabulkan dan Kami selamatkan dia dari kesusahan, demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang beriman"
Zakariya ketika menyeru tuhannya, ya Tuhanku:
"Janganlah Engkau tinggalkan aku sendiri, Engkaulah waris yang paling baik".
 Ya Allah, dengan hak La ila ha illallah dan kemuliaannya, hak kursi dan keluasannya, hak 'Arsy dan keagungannya, hak kalam dan berjalannya, hak Lauh Mahfudh dan penjaga-penjaganya, hak Timbangan (Mizan) dan dua matanya, hak Shirat dan kelembutannya, dengan hak Jibril dan kejujurannya, hak Mikail dan belas kasihnya, hak Israfil dan terompetnya, hak Izrail dan terpilihnya, hak Ridlwan dan surganya, hak Malik dan nerakanya, hak Adam dan terpilihnya, hak Ibrahim dan terpilihnya sebagai khalilullah, hak Ishak dan keagamaannya, hak Isma'il dan disembelihnya, hak Ya'kub dan kedukaannya, hak Yusuf dan terasingnya, hak Musa dan ayat-ayatnya, hak Harun dan kehormatannya, hak Hud dan kewibawaannya, hak Shaleh dan untanya, hak Luth dan pemikirannya, hak Yunus dan ajakannya, hak Danial dan kerahmatnya, hak Zakariya dan kesuciannya, hak Isa dan kejiwaannya dan dengan hak Muhammad yang terpilih menjadi kekasihNya dan dengan syafa'at 'Udhmanya SAW.
 Ya Allah, Yang Hidup, tidak ada Tuhan yang lain kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, bahwasanya aku termasuk orang-orang yang menganiaya diri, (Firman Allah); Lalu kami mengabulkannya dan menyelamatkannya dari kesusahan, demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman. Tidak ada Tuhan yang lain kecuali Allah, kepadaNya aku bertawakkal, Dia pengurus 'Arsy yang Agung. Allah-lah yang mencukupi aku, sebaik-baik Pelindung, Pengurus dan Penolong. Tidak ada daya kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi dan Agung.
 Ya Tuhan kami, berilah kebaikan kepada kami di dunia dan akherat, serta peliharalah kami dari siksa api neraka. Shalawat Allah tetapkanlah kepada sebaik-baik makhlukNya, cahaya 'ArsyNya yaitu junjungan kami , Nabi dan pemberi syafaat bagi kami Muhammad SAW, keluarga dan para sahabat beliau semua dengan rahmatMu hai Dzat Yang paling belas kasihan. Amin (Semoga Allah mengabulkan permohona kami ini, hai Dzat yang mengurus alam semesta).

Terjemahan Dikutip dari Buku berjudul "Terjemah Majmu' Syarif (Jalan kemuliaan menuju kebahagiaan dunia & akherat)"

Yuk sebentar kita simak pengajian Gus Baha berikut ini:
Tonton dulu videonya yah baru subscribe

Kamis, 21 April 2011

Empat Mutiara Dalam Diri Manusia

Nabi SAW bersabda, "Empat macam mutiara yang ada pada diri manusia dapat hilangkan dengan empat perkara yang lain. Empat mutiara itu adalah: akal, agama, haya dan amal saleh.
  1. Kemarahan dapat menghilangkan akal
  2. Hasud dapat menghilangkan agama
  3. Tamak dapat menghilangkan haya, dan 
  4. Mengumpat dapat menghilangkan amal saleh 
 Catatan:
Akal adalah:
جَوْ هَرٌرُوْحَانِيٌّ خَلَقَهُ اللهُ تَعَالىٰ مُتَعَلَّقًا بِبَدْنِ الْإِنْسَانِ يُعْرَفُ بِهِ الْحَقُّ وَالْبَاطِلُ
“Permata ruhani ciptaan Tuhan yang dititipkan kepada manusia sehingga manusia dapat mengetahui yang hak dan yang batil”
Agama adalah:
مَا يَدْعُوْ اَصْحَابَ الْعُقُوْلِ اِلَى قُبُوْلِ مَاهُوَمِنَ الرَّسُوْلِ
“Aturan Allah yang menghimbau orang-orang yang berakal untuk menerima apa-apa yang dibawa oleh Rasul”

Hasud adalah:
اَلْحَسَدُ هُوَ تَمَنِّيْ زَوَالِ نِعْمَتةِ الْغَيْرِ
“Mengharapkan lenyapnya kenikmatan yang ada pada diri orang lain”


Diriwatkan bahwa Nabi Saw. Bersabda, “Hai Muawiyah takutlah kamu akan marah, karena sesungguhnya kemarahan itu dapat merusak iman, sebagaimana gandaria merusak madu (menjadi pahit) .”  (HR. Baihaqi)
Diriwayatkan bahwa Nabi Saw. Bersabda, “Takutlah kamu akan hasud, karena sesungguhnya hasud itu dapat memakan (menghapus) pahala, sebagaimana api membakar kayu.”

Sebuah syair mengungkapkan:
“Ingatlah, katakan pada orang yang pada waktu malam hasud kepadaku, : “Tahukah engkau orang yang buruk akhlaknya, ia telah berbuat jelek kepada Allah. Apabila engkau tidak senang kepadaku karena sesuatu yang telah Allah berikan, maka Allah akan membalasmu, dengan menambah karunia kepadaku. Dan Allah akan menutup jalan usahamu,”

Tamak  ( طَمَعٌ) adalah;      
الرَّغْبَةُ فِى الشَّيئِ
“Mencintai sesuatu/mengharapkan pemberian orang lain."
Mengumpat
Sedang yang disebut dengan ghibah ( غِيْبَةٌ ) atau mengumpat adalah: “Seseorang menceritakan kejelekan orang lain di belakangnya, dan kejelekan itu memang benar adanya. Apabila kejelekan itu tidak benar adanya pada orang yang diceritakannya itu berarti dusta. Dan apabila menceritakan kejelekan orang lain berhadap-hadapan itu berarti memarahi.”
 ----------

Sumber: Kitab Nashaihul Ibad

Selasa, 19 April 2011

SHALAWAT

Keutamaan Sholawat dan Salam Untuk Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam
Dari Umar -Radhiyallahu ‘Anhu berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إذَا سَمِعْتُمُ المُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ وَصَلُّوا عَلَيَّ فَإنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ مَرَّةً وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا ثُمَّ سَلُوا لِي الوَسِيلَةَ فَإنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الجَنَّةِ لاَ تَنْبَغِي إلاَّ لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللهِ وَأرْجُو أنْ أكُونَ هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِي الوَسِيلَةَ حَلَّتْ عَلَيْهِ الشَّفَاعَةُ
“Jika kalian mendengar orang yang adzan maka ucapkanlah seperti apa yang ia ucapkan dan bersholawatlah untukku karena barangsiapa yang bersholawat untukku sekali maka Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali, kemudian mintalah wasilah (kedudukan mulia di surga) untukku, karena ia adalah suatu kedudukan di surga yang tidak pantas diberikan kecuali kepada seorang hamba dari hamba-hamba Allah dan semoga akulah hamba itu, maka barangsiapa yang memohon untukku wasilah maka ia berhak mendapatkan syafa’at.” [H.R. Muslim]

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ حِيْنَ يُصْبِحُ عَشْرًا وَحِينَ يُمْسِي عَشْرًا أدْرَكَتْهُ شَفَاعَتِي
“Barangsiapa yang bersholawat untukku di waktu pagi sepuluh kali dan di waktu sore sepuluh kali, maka ia berhak mendapatkan syafa’atku.” [H.R. Thabarani]
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا
“Barangsiapa yang bersholawat atasku sekali, maka Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali.” [H.R. Muslim, Ahmad dan perawi hadits yang tiga]


Dan dari Abdurrahman bin ‘Auf -Radhiyallahu ‘Anhu- berkata: “Saya telah mendatangi nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam ketika ia sedang sujud dan memperpanjang sujudnya. Beliau bersabda:“Saya telah didatangi Jibril, ia berkata: “Barangsiapa yang bersholawat untukmu, maka saya akan bersholawat untuknya dan barangsiapa yang memberi salam untukmu maka saya akan memberi salam untuknya, maka sayapun bersujud karena bersyukur kepada Allah.” [H.R. Hakim, Ahmad dan Jahadhmiy]
Ya’qub bin Zaid bin Tholhah At-Taimiy berkata: “Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Telah datang kepadaku (malaikat) dari Tuhanku dan berkata: “Tidaklah seorang hamba yang bersholawat untukmu sekali kecuali Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali.” Maka seseorang menuju kepadanya dan bertanya: “Ya Rasulullah! Apakah saya jadikan seperdua doaku untukmu?” Beliau menjawab: “Jika anda mau”. Lalu bertanya: “Apakah saya jadikan sepertiga doaku?” Beliau bersabda: “Jika anda mau” Ia bertanya: “Kalau saya jadikan seluruh doaku?” Beliau bersabda: “Jika demikian maka cukuplah Allah sebagai motivasi dunia dan akhiratmu.” [H.R. Al-Jahdhami, Al-Albani berkata: “Hadits Mursal dengan Isnad yang Shohih]
Dari Abdullah bin Mas’ud dari Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إنَّ للهِ مَلاَئِكَةً سَيَّاحِينَ يُبَلِّغُونَنِي مِنْ أُمَّتِي السَّلاَمَ

“Sesungguhnya Allah memiliki malaikat-malaikat yang berkeliling menyampaikan salam kepadaku dari umatku.” [H.R. Nasa’i dan Hakim]

Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang bersholawat untukku sekali maka Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali, diampuni sepuluh dosa-dosanya dan diangkat baginya sepuluh derajat.” [H.R. Ahmad dan Bukhari, Nasa’i dan Hakim dan ditashih oleh Al-Albani]
Hadits marfu’ dari Ibnu Mas’ud: “Manusia yang paling utama di sisiku pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak bersholawat untukku.” [H.R. Tirmidzi dan berkata: “Hasan ghorib dan H.R. Ibnu Hibban]

Dari Jabir bin Abdullah berkata: “Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang ketika mendengarkan adzan membaca:

اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ القَائِمَةِ ، آتِ مُحَمَّدًا الوَسِيلَةَ وَالفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَه

ُYa Allah! Tuhan pemilik adzan yang sempurna ini dan sholat yang ditegakkan, berilah Muhammad wasilah dan fadhilah dan bangkitkanlah ia pada tempat terpuji yang telah Engkau janjikan untuknya.”
Maka ia berhak mendapatkan syafa’at pada hari kiamat. [H.R. Bukhari dalam shohihnya]   ©


SHALAWAT  NARIYAH


Ya Alloh berilah sholawat dengan sholawat yang sempurna dan berilah salam dengan salam yang sempurna atas penghulu kami Muhammad yang dengannya terlepas segala ikatan, lenyap segala kesedihan, terpenuhi segala kebutuhan, tercapai segala kesenangan, semua diakhiri dengan kebaikan, hujan diturunkan, berkat dirinya yang pemurah, juga atas keluarga dan sahabat-sahabatnya dalam setiap kedipan mata dan hembusan nafas sebanyak hitungan segala yang ada dalam pengetahuan-MU
 SHALAWAT NURUL ANWAR
 اَللهم صَلِّ عَلَى نُوْرِ الْاَنْوَارِ وَسِرِّ الاَسْرَارِ وَتِر يَاقِ الاَغيَارِ وَمِفتَاحِ بَابِ اليَسَارِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد المُختَارِ وَالِهِ الاَطهَار وَاصحَا بِهِ الاَخيَارِ عَدَدَ نِعَمِ اللهِ وَاِفْضَالِهِ
Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada cahaya dari segala cahaya, rahasia dari segenap rahasia, penawar duka dan kebingungan, pembuka pintu kemudahan, yakni junjungan kami, Nabi Muhammad saw yang terpilih, keluarganya yang suci dan para sahabatnya yang mulia sebanyak hitungan nikmat Allah swt dan karunia Nya 
 
  SHALAWAT   AT TAJIYAH
(Syekh Abu Bakar bin Salaim)
 
اَللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ وكَرِّمْ بِقُدْرِ عَظَمَةِ ذَاتِكَ الْعَلِيَّةِ، فِيْ كُلِّ وَقْتٍ وَحِيْنٍ أَبَدَا، عَدَدَ مَا عَلِمْتُ، وَزِنَّةَ مَا عَلِمْتَ، وَمِلْأَ مَا عَلِمْتَ، عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ، صَاحِبِ التَّاجِ وَالْمِعْرَاجِ وَالبُرَاقِ وَالْعَلَمِ وَدَافِعِ الْبَلَاءِ وَالْوَبَاءِ وَالْمَرَضِ وَاْلأَلَمِ، جِسْمُهُ مُطَهَّرٌ مُعَطَّرٌ مُنَوَّرٌ، مَنِ اسْمُهُ مَكْتُوْبٌ مَرْفُوْعٌ مَوْضُوْعٌ عَلَى اللَّوْحِ وَالْقَلَمِ، شَمْسِ الضُّحَى بَدْرِ الدُّجَى نُوْرِ الْهُدَى مِصْبَاحِ الظُّلَمِ، أَبِي الْقَاسِمِ سَيِّدِ الْكُوْنَيْنِ وَشَفِيْعِ الثَّقْلَيْنِ، أَبِي الْقَاسِمِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ ابْنِ عَبْدِ اللهِ سَيِّدِ الْعَرَبِ وَالْعَجَمِ، نَبِيِّ الْحَرَمَيْنِ مَحْبُوبٌ عِنْدَ رَبِّ الْمَشْرِقَيْنِ وَالْمَغْرِبَيْنِ، يَا أَيُّهَا الْمُشْتَاقُوْنَ لِنورِ جَمَالِهِ صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِمُوْا تَسْلِيْمَا
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِمْ بِجَمِيْعِ الصَّلَوَاِت كُلِّهَا عَدَدَ مَا فِيْ عِلْمِ اللهِ، عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَمَنْ وَالَاهُ ، فِيْ كُلِّ لَحْظَةٍ أَبَدًا بِكُلِّ لِسَانِ لِأَهْلِ الْمَعْرِفَةِ بِالله [ 3مرة] عَدَدَ خَلْقِكَ وَرِضَاءَ نَفْسِكَ وَزِنَةَ عَرْشِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ.
اَللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَلْاَصْحَابِ، صَلَاةً وَسَلَا مًاتَرْ فَعُ بِهِمَا بَيْنِي وَبَيْنَهُ الْحِجَابُ، وَتُدْخِلُنِى بِهِمَاعَلَيْهِ مِنْ اَوْسَعِ بَابٍ، وَتُسْقِيْنِيْ بِهِمَا بِيَدِهِ الشَّرِ يْفَةِ اَعْذَبَ الْكُؤُ سِ مِنْ اَحْلَى شَرَابٍ (ثلاث)  عَدَدَ خَلْقِكَ وَرِضَاءَ نَفْسِكَ وَزِنَةَ عَرْشِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ.
اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِه مِثْلَ ذَلِكَ [ 50مرة] ، فِيْ كُلِّ لَحْظَةٍ أَبَدًا، عَدَدَ خَلْقِكَ وَرِضَاءَ نَفْسِكَ وَزِنَةَ عَرْشِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ

Selasa, 12 April 2011

Duduklah Bersama Suatu Majelis yang Membuat Kita Takut Kepada Allah


Diriwayatkan, suatu hari Hanzhalah bercerita, “Suatu ketika saya berada di majelis Rasulullah SAW. Beliau menasehati kami suatu nasehat yang membuat hati kami menjadi lembut dan air mata kami bercucuran seolah-olah kami melihat hakekat yang sebenarnya. Setelah majelis Rasulullah SAW selesai, saya kembali ke rumah dan berkumpul dengan anak istri. Lalu mulailah kami berbicara tentang masalah duniawi, bercanda dengan anak-anak, dan bercumbu dengan istri. Keadaan waktu itu sangat berbeda dengan keadaan ketika di dalam majelis Nabi SAW. Lalu terlintas di benak saya bahwa keadaan saya ternyata berbeda dengan keadaan ketika berada di majelis nabi SAW. Saya berkata dalam hati, “Sebenarnya kamu ini seoorang munafik. Sebab, ketika di majelis Rasulullah SAW, keadaanmu berbeda dengan ketika kamu berada di tengah anak istrimu.” Saya sangat kecewa ketika menyadari hal ini dan sulit untuk menerimanya. Dengan pikiran kalut saya keluar rumah sambil berkata, “Hanzhalah, kamu telah munafik.” Lalu Abu Bakar datang menghampiri saya. Saya berkata kepadanya, “Hanzhalah telah menjadi munafik.” Sahut Abu Bakar, “Subhanallah, tidak benar apa yang kamu katakan.” Lalu saya bercerita bahwa ketika saya di majelis Nabi SAW, ketika beliau menceritakan tentang surga dan neraka, seolah-olah surga dan neraka berada di hadapan saya. Tetapi ketika pulang ke rumah dan bercanda dengan anak istri, maka semua yang terbayang ketika bersama Rasulullah SAW terlupakan, “ Abu Bakar menyahut, “Ya, hal itu juga terjadi pada kami.”
Lalu keduanya menemui Rasulullah SAW. Hanzhalah berkata, “Ya Rasulullah SAW, saya telah menjadi munafik.” Sabda beliau SAW, “Apa yang terjadi?” Hanzhalah bercerita, “Ya Rasulullah SAW, ketika kami berada di hadapanmu dan engkau menceritakan tentang surga dan neraka kepada kami, seolah-olah surga dan neraka itu berada di depan kami. Tetapi ketika kami meninggalkan engkau dan bercanda dengan anak istri kami, apa yang engkau ucapkan segera kami lupakan.” Beliau SAW menjawab, “Demi Dzat yang nyawaku berada di tanganNya, jika setiap saat keadaanmu seperti ketika bersamaku, maka para malaikat akan menyambutmu di tempat tidurmu dan berjabat tangan denganmu di jalan-jalan. Namun Hanzhalah, keadaan seperti itu kadang-kadang saja terjadi.”

Judul Tulisan di atas adalah sebuah pesan Guru saya, Habib Muhammad bin Alwi Al Hamid. Setidalnya kita mesti selalu mengoreksi diri kita, seberapa ketakwaan kita kepada Allah bertambah setiap saat, terlebih jika kita dalam sebuah majelis ilmu dan dapat mempertahankan keadaan itu di mana pun kita berada.

Minggu, 03 April 2011

Selaraskan diri dengan Allah

Hai kaumku, larilah kepada Allah Azza wa-Jalla, bergegaslah padaNya, jauh dari makhluk dan dunia dan segala selain Dia secara total. Menujulah kepada Allah Azza wa-Jalla dengan hatimu. Apakah kalian tidak mendengar firmanNya Azza wa-Jalla:
Hai kaumku, larilah kepada Allah Azza wa-Jalla, bergegaslah padaNya, jauh dari makhluk dan dunia dan segala selain Dia secara total. Menujulah kepada Allah Azza wa-Jalla dengan hatimu. Apakah kalian tidak mendengar firmanNya Azza wa-Jalla: “Ingatlah, kepada Allahlah segala urusan kembali.” (Asy-Syura, 53)
Anak-anak sekalian, janganlah anda memandang makhluk dengan mata keabadian. Tapi pandanglah dengan mata kefanaan. Jangan pandang mereka dengan mata ancaman dan manfaat, pandanglah mereka dengan mata lemah dan hina. Temukan Allah Azza wa-Jalla dan berserahlah padaNya, lalu jangan mengigau lagi atas apa yang sudah dituntaskan olehNya.
Dunia dan segala hal yang tampak, adalah hal yang sudah diurus oleh Allah azza wa-Jalla. Makhluk dengan segala masalahnya sudah diurus. Hati orang yang beriman harusnya kosong dari semua itu apalagi sudah memasuki alam Tajrid, ia harus lebih kuat dan kokoh di sana. Bila ada masalah dunia dan keluarga yang minta dipedulikan, ia akan menolong mereka dengan kemampuannya, namun hatinya sunyi dan kosong dalam segala hal, selain Allah Azza wa-Jalla. Hatinya tidak bergeser ketika dunianya tiada, bahkan ia tidak menginginkan atau mencari perubahan atas dunianya. Karena ia meyakini apa yang sudah ditentukan Allah Azza wa-Jalla tidak pernah berubah dan bagian rizki juga sudah tuntas, tidak kurang juga tidak lebih.
Karena itu ia tidak mau tambah juga tidak mau kurang, tidak menuntut ditunda atau dipercepat urusan dunianya. Sebab sudah tertera waktu dan kadarnya. Sedangkan umumnya makhluk stress dengan dunia, berburu dunia mencari yang lebih, atau ingin yang kurang, ingin cepat atau ditunda. Mereka ini adalah orang-orang gila.
Sebab siapa yang ridho kepada Allah Azza wa-Jalla akan berserasi dalam seluruh kondisi dan situasinya, lebih mencintai dan mengenalNya. Sisa usianya hanya untuk kepentingan cita-cita yang bisa menyelaraskan jiwanya dengan Allah Azza wa-Jalla, lalu ingin mendekatkannya. Lalu Allah swt berfirman:
“Akulah Tuhanmu.” (Thaha 21).

Pada saat Nabi Musa as, mengalami kebimbangan, itulah firman Allah swt, padanya.
Secara lahiriyah Allah swt, menyampaikan kepada Nabi Musa dan Nabi kita Muhammad saw, dan menyampaikan kepada hati sang arif secara batin, yang didengarnya atas rahmat dan kasih sayang yang lembut dariNya, sekaligus menghormati NabiNya – semoga sholawat dan salam padanya – sebagai mukjizat yang sifatnya lahiriyah dan karomah bagi para waliNya secara bathiniyah. Merekalah pewaris para Nabi yang senantiasa menegakkan agama Allah Azza wa-Jalla dan menjaga dari ulah syetan Jin dan syetan manusia.
Kalian ini tidak mengerti Allah Azza wa-Jalla dan RasulNya dan apa yang disampaikan kepadamu hai orang munafik. Anda tidak disana atau mengikuti mereka. Anda bisa baca Qur’an tetapi anda tidak apa yang and abaca, apa yang anda amalkan, dan bahkan anda membacanya untuk kepentingan dunia, bukan akhirat! Bahkan setelah itu pun anda masih menentang mereka. Karena itu berakal sehatlah, beradablah dan bertobatlah. Anda malah mengalami kebuan dari Allah Azza wa-Jalla, dari rasul dan wali-waliNya, bahkan dari pengetahuan anda dan makhluknya.

Lazimkan taubat dan diamlah, tafakkurlah akan maut anda, situasimu dalam kuburmu sampai anda mengenal ilmu pengetahuan. Beramallah dengan jiwa bersama Allah azza wa-Jalla hingga engkau dilimpahi cahaya yang memancar dunia akhirat. Terimalah apa yang kukatakan pada kalian, berjuanglah untuk menekuninya, janganlah bergantung pada masa depan duniamu, karena membuat anda stress. Lompatilah karena argument pemalas yang melamun masa depan tidak ada tempat bagi kami. Namun kita mengarahkan pada yang realistis-proporsional., kita menekuni dan mengamalkan. Tidak dengan “Seseorang berkata, kami berkata, kenapa, dan bagaimana?” Kami tidak mengintervensi Ilmunya Allah azza wa-Jalla, namun kami hanya menekuni, dan Dia melakukan apa yang Dia kehendaki.” (Al-Anbiya’ 23).
Bila perkaramu rampung, dekatlah pada Allah swt, hatimu padaNya, maka zuhudmu benar di dunia dan cintamu benar di akhirat, maka anda akan menemukan namamu tertulis di Pintu Taqarrubmu pada Tuhanmu Azza wa-Jalla, Fulan bin Fulan salah satu orang yang dimerdekakan Allah Azza wa-Jalla. Itulah yang tidak berubah, tidak diganti, tidak dikurangi dan ditambah, dan saat itulah syukurmu pada Tuhanmu Azza wa-Jalla semakin , aktivitas kebajikan dan kepatuhanmu pada Tuhanmu di hadapanNya semakin kuat. Namun pada saat yang sama hati anda tidak meninggalkan rasa takut padaNya, dan tidak meremehkan kuasaNya. Bacalah firman Allah swt:
“Allah melebur apa yang dikehendakiNya dan menetapkannya, dan di sisiNya adalah Ummul Kitab.” (Ar-Ra’d, 39) dan firmanNya:

“Dia tidak dimintai pertanggungjawaban, dan merekalah yang dimintai pertanggung-jawaban.”

Anda jangan berhenti pada yang tertera. Karena apa yang ditulis oleh Yang Maha Kuasa atas peleburan itu, pada saat yang sama Maha Kuasa menghapus apa yang tertera. Beradalah dalam keabadian taat, rasa takut, malu dan waspada hingga maut menjemput. Dan anda melangkah dari dunia menuju akhirat dengan jejak-jejak keselamatan. Maka anda akan aman dari perubahan,dan penggantian hai orang yang terjejali oleh kebodohannya, kemunafikannya dan perburuannya pada dunia. Hai pemakan barang haram! Bagaimana anda berharap meraih pencahayaan qalbu dan kejernihan hati serta bicara penuh hikmah, sedangkan kaum Sufi bicaranya karena darurat dan tidurnya karena kelelapan, makannya seperti orang sakit, dan itu dilakukan sampai mati. Mereka seperti malaikat saja yang difirmankan oleh Allah Azza wa-Jalla.
“Mereka tidak mengingkari apa yang diperintahkan Allah pada mereka, dan mereka melakukan apa yang diperintahkannya.” (At-Tahriim: 6).
sufinews.com

Mendengar Dengan Telinga Hati

Syeikh Abdul Qadir Al-Jilany Pagi hari Jum,’at tanggal 3 Ramadhan tahun 545 H. di Madrasahnya.
“Mereka (para malaikat) tidak mengingkari apa yang diperintahkan Allah pada mereka, dan mengerjakan apa yang diperintahkannya.” (At-Tahriim, 6).
Hai kaum sufi, bila kata-kataku tidak masuk dalam jiwamu, maka dengarkanlah dengan penuh iman dan pembenaran. Karena kata-kataku mengarah di hati, maka dengarkan dengan telinga hatimu dan rahasia hatimu, pada saat itulah akan berpadu; lahir dan batinmu, dan duri hawa nafsumu akan pecah, sedangkan api nafsumu pun padam. Karena nafsu terburukmu membuatmu suka dengan dunia dan membuatmu benci dengan kefakiran, lalu membuatmu hancur dalam kerusakan.
Sebagian Sufi menegaskan, Hakikat taqwa itu, bila anda mengggabungkan apa yang ada di hatimu dan anda biarkan dalam satu tempat terbuka, lalu anda kelilingkan ke pasar, tak satu pun membuat anda malu. Namun wahai si tolol, bila dikatakan padamu, “Taqwalah kepada Allah swt,” anda menjadi marah. Bila dikatakan kebenaran padamu, anda mendengar namun anda menghina sinis. Bila ada orang yang kontra dengan anda justru anda berkeras kepala mempertahankan anda dan membela diri atas kekerasan hati anda.
Allah Swt berfirman dalam hadits qudsi:
“Aku senantiasa mencintai kalian sepanjang kalian taat padaKu, maka ketika kalian maksiat padaKu, maka Aku marah pada kalian.”

Allah Azza wa-Jallah mencintai kalian bukan karena Dia butuh pada kalian, namun karena kasih sayangNya padamu. Dia mencintai anda bukan untukNya, namun untukmu. Doa mencintai taatmu , karena manfaatnya kembali pada dirimu. Karena itu hendaknya anda aktif dan menghadap pada Yang mencintaimu dan berpaling dari mencintaimu untuk kepentingannya.
Orang beriman itu lupa segalanya karena hanya mengingatNya Azza wa-Jalla, hingga ia berhasil mendekat padaNya, hidup bersamaNya dan bersertaNya, maka ia akan meraih tawakkal yang benar. Bila tawakal dan tauhid orang beriman benar , dunia dan akhiratnya dicukupi oleh Allah Ta’ala. Sebagainmana dianugerahkan pada Nabi Ibrahoim as yang dianugerahi makna nya dan kondisinya, bukan formalitas rupanya. Allah memberikan makan dan minum dari sumber minuman dariNya, dan menempatkannya di ruang terhormatNya, bukan berarti memberikan wujud kedudukanNya.
Disinilah penisbatan dariNya akan benar bila ditinjau dari segi esensi maknanya bukan dari wujud bentuknya.
Ingatlah apakah anda tidak malu jika anda mengabdi kegelapan dan makanan haram? Sampai kapan anda mengabdi para raja-raja yang sebentar lagi lengser? Kapan anda menerima limpahan pengabdian kepada Allah swt yang tak pernah lengser selamanya? Jadilah orang yang berakal sehat, terimalah sedikit dunia dan banyak akhirat, terimalah dari bagian zuhudmu dan engkau akan meraih pintu-pintu Tuhanmu Aza wa-Jalla melalui Tangan KuasaNya, tindakan dan kesertaanNya, bukan dengan tangan dunia, bukan melalui pintu dan tangan-tangan penguasa yang bergabung dan kesenangan dan nafsu, syetan dan khalayak awam.
Bila engkau raih dunia sedangkan hatimu ada di pintu Tuhanmu Azza wa-Jalla maka para malaikat dan ruh para Nabi ada di sekitarmu. Tentu jauh sekali perbedaan kedua di atas.
Orang-orang yang berakal sehat mengatakan, “Kami tidak makan bagian dunia kami baik di jalan maupun di rumah-rumah kami, dan kami tidak makan kecuali yang datang dariNya. Sedang orang-orang zuhud makan dari dalam syurga. Orang-orang arif selalu makan di sisiNya walau mereka ada di dunia.
Sang pecinta tidak makan di dunia maupun di akhirat karena makanan dan minuman mereka adalah kemesraan dan kedekatan dari Tuhannya serta memandang Sang Kekasihnya. Mereka menjual dunia dengan akhirat, lalu menjual akhirat dengan kedekatan padaNya, Tuhannya dunia dan akhirat. Dan Shiddiqun dengan cintanya menjual akhirat demi WajahNya dan hanya menghendakiNya, bukan lainNya. Ketika jual beli selesai ia penuh dengan kemuliaan, lalu dunia dan akhirat diberikan padanya sebagai anugerah. Ia mengambil seperlunya menurut perintahNya, tanpa merasa butuh pada keduanya. Mereka melakukan itu semua sebagai penyelarasan dengan takdir dan beradab yang bagus dengan takdirNya. Mereka menerima dan mengambil sembari berkata:
“Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui apa yang kami ingiunkan.” (Huud 79)

Anda akan merasakan, “Kami relah bersamaMu bukan dengan selainMu, dan kami pun rela dengan lapar Dan dahaga, compang-camping hina dina, yang tenteram, dan hendaknya kami selalu ada di depan pintuMu.”
Ketika mereka rela dengan itu semua dan menegaskan jiwanya maka Allah memandang mereka dengan pandangan cinta kasih, Allah Azza wa-Jalla pun memuliakan mereka setelah mereka merasa hina, Allah mencukupinya setelah mereka merasa fakir dan dihamparkan rasa taqarrub di dunia dan di akhirat kepadaNya.
Orang beriman melakukan tindakan zuhud di dunia sehingga zuhudnya memberishkan kotoran di batinnya, lalu datanglah akhirat, ia menghuninya dengan hatinya, lalu datanglah unsur pembersih hatinya karena akhirat pun dinilainya jadi hijab untuk mendekat kepadaNya Azza wa-Jalla. Disinilah ia tinggalkan kesibukan dengan makhluk secara total, kemudian hanya menjaga dan menjalan perintahNya, menjaga batas-batas syar’i antara dirinya dengan publik, kedua matahatinya terbuka, lalu ia melihat cacat jiwanya dan para makhluk, sampai ia tidak tenang kecuali berada di sisi Tuhannya Azza wa-Jalla. Ia tidak mendengar selain dariNya, tidak menggunakan akal selain dariNya, tidak terpaku kecuali pada janjiNya, tidak takut selain ancamanNya. Ia tinggalkan aktivitas selain Dia, dan aktif bersamaNya. Jika semua ini sempurna ia masuk dalam posisi “tiada mata pernah memandang dan tiada telinga pernah mendengar serta tiada intuisi di hati manusia.”
Anak-anak sekalian
Aktifkan dirimu untuk mengoreksi diri, lalu engkau dapatkan manfaat, baru engkau berikan pada yang lain. Jangan seperti lilin yang membakar dirinya dan menerangi lainnya. Jangan sampai dirimu masuk dalam sesuatu hal bersama dirimu, nafsu dan hawa nafsumu. Bila Allah Azza wa-Jalla menghendakimu, Dia berikan padamu untukNya, bila Allah Azza wa-Jalla menghendakimu untuk memberi manfaat bagi publik pasti Dia memerintahmu untuk terjun di sana, memberi kekuatan dan keteguhan atas kekerasan jiwa mereka, dengan keleluasaan hatimu terhadap makhluk. ALLAH Azza wa-Jalla pun melapangkan dadamu, dan memberikan kepastian hukum pada batinmu, dan meresapkannya ke batinmu. Saat itulah yang ada hanya Dia bukan anda. Dengarkan apa yang difirmankan)Nya:
“Wahai Dawud, sesungguhnya Kami jadikan kamu khalifah di muka bumi “ ( Shaad 26)

Dan firmanNya: “Sesungguhnya Kami jadikan dirimu Khalifah”.

Sepanjang anda merasa bisa bicara, maka diri anda mewakili ego nafsu anda. Sedangkan kaum Sufi tidak memiliki hasrat dan kehendak, namun mereka semata hanya mengaksentuasi perintah Allah Azza wa-Jalla Dalam ucapan, tindakan dan pengaturan.
Wahai orang yang lepas dari jalan yang lurus jangan anda berhasrat pada sesuatu, karena anda tidak mempunyai argument kuat untuk mempertahankannya. Halal itu jelas dan haram itu jelas. Namun betapa buruknya dirimu pada Allah Azza wa-Jalla, betapa sedikitnya rasa takutmu padaNya, namun betapa banyaknya anda merendahkan nilai memandangNya. Nabi saw, bersabda:
“Takutlah kepada Allah Azza wa-Jalla seakan-akan engkau melihatNya, dan bila engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.” (Hr Bukhari)

Mereka yang sadar diri senantiasa memandsng Allah Azza wa-Jalla dengan qalbunya, ketika terpadu jadi lah keteguhan yang satu yang menggugurkan hijab-hijab antara diri mereka dengan DiriNya.
Semua bangunan runtuh tinggal maknanya. Seluruh sendi-sendiri putus dan segala milik menjadi lepas, tak ada yang tersisa selain Allah Azza wa-Jalla. Tak ada ucapan dan gerak bagi mereka, tak ada kesenangan bagi mereka hingga semua itu jadi benar. Jika sudah benar sempurnalah semua perkara baginya. Pertama yang mereka keluarkan adalah segala perbudakan duniawi kemudian mereka keluarkan segala hal selain Allah Azza wa-Jalla secara total, dan senantiasa terus demikian dalam mennjalani ujian di RumahNya.
“Maka itulah Dia memandang bagaimana mereka beramal.” (Sal-A’raaf 129).

Sirr (rahasia batin) adalah raja, dan qalbu adalah perdana menteri. Nafsu, lisan dan seluruh banggota tubuh adalah pasukan yang mengabdi pada sirr dan qalbu. Sirr meminum dari lautan Ilahi Aza wa-Jalla dan qalbu minum dari lautan sirr. Nafsu yang tenteram minum dari qalbu, lisan minum dari nafsu, serta seluruh anggoita badan minum dari lisan. Bila lisan bagus, pasti darti qalbu yang bagus, dan jika rusak maka rusak karenanya. Lisan anda butuh kendali ketaqwaan dan taubat dari bicara pada hal-hal yang hina dan munafik. Bila bisa langgeng lisan anda demikian, kefasihan lisan akan berbalik pada kefasihan qalbu dan akan memancarkan cahaya dari qalbu itu, lantas memancar pada lisan serta seluruh tubuh. Bila segalanya sempurna, lisan yang dekat pada taqarrub akan menyerap jiwa taqarrub, lalu lisan tak ada lagi ucapan, tak adsa doa, dan tak ada dzikir yang terucap. Doa, dzikir maupun ucapan begitu jauh darinya, sedangkan yang dekat adalah diam, beku dan menerima dengan memandang dan menikmati bersamaNya.
Ya Allah jadikanlah kami tergolong orang yang memandangMu di dunia dengan kedua mata hatinya dan di akhirat memandang dengan kedua mata kepalanya. Dan berikan kami di dunia kebajikan dan di akhirat kebajikan pula, dan lindungi kami dari azab neraka.
sumber:sufinews.com

Kewaspadaan Kaum 'Arifin

Syeikh Abdul Qadir Al-Jilany, Hari Ahad Pagi tanggal 20 Sya’ban tahun 545 H, di Pesantrennya:
Sesuatu yang paling dahsyat untuk diwaspadai oleh orang yang ma’rifat kepada Allah Azza wa-Jallaadalah: berbincang dengan makhluk dan duduk-duduk dengan mereka, karena itu ada seribu orang yang arif Billah hanya satu yang berbicara, hanya saja ia sangat butuh kekuatan para Nabi as. Bagaimana ia tidak membutuhkan kekuatanpara Nabi, padahal ia harus berada di tengah pluraluitas manusia, berbaur dengan orang yang berakal sehat dan orang yang tidak menggunakan akal sehatnya, berada diantara orang munafik dan orang mu’min.
Maka ia berada dalam suasana yang ekstrim sekali, harus bersabar terhadap hal-hal yang tidak ia sukai, yang padaa saat yang sama ia harus berperan sebagai penolongnya, karena ia harus melaksanakan perintah dari Allah Azza wa-Jalla dalam berbicara pada publik. Ia tidak boleh bicara menurut dirinya, menurut hawa nafsunya dan pilihannya serta kehendaknya sendiri. Ia tak berdaya untuk bicara seperti itu, apalagi menjaganya.
Karena itu bila anda ingin ma’rifat kepada Allah Azza wa-Jalla, anda harus menggugurkan makhluk dari dalam hati anda, sampai tak ada unsur manfaat dan bahaya yang tumbuh dari makhluk dalam hati anda. Sebab anda tidak bisa mengenalnya kecuali memang harus melakukan semua itu.
Ingatlah! Dunia boleh ditangan, boleh di saku baju, boleh digunakan untuk kepentingan kebaikan, tetapi dunia tidak boleh masuk di dalam qalbu. Di luar pintu hati silakan, tetapi dilarang masuk dibalik pintu. Jangan, karena sama sekali tidak ada kemuliaan bagimu. Bila sang hamba bisa fana’ dari dunia seperti itu, seakan-akan dunia tidak ada, dan batinnya tidak berubah sama sekali ketika bencana tiba, ia akan mampu menjalankan perintahnya Allah Azza wa-Jalla. Ia pun mampu menjauhi laranganNya. Sama sekali tidak berhasrat pada sesuatu atau pun berambisi pada suatu hal, untuk dimasukkan dalam hatinya.
Namun begitukah anda? Hai orang yang mengkhianati ilmu dan amal? Hai orang-orang yang menjadi musuh Allah dan rasulNya, wahai orang yang menghalangi hamba-hamba Allah azza wa-Jalla. Anda semua ini berada dalam kegelapan kemunafikan yang nyata. Sampai kapan wahai para Ulama dan para ahli zuhud, kemunafikan ini berakhir?
Berapa kali kalian memanfaatkan kemunafikan di hadapan raja-raja dan penguasa, lalu anda bisa mendapatkan benteng duniawi, kesenangan dan kenikmatannya? Sedangkan kalian dan mayoritas penguasa hari ini berada dalam kegelapan pengkhianatan terhadap harta Allah Azza wa-Jalla yang diperuntukkan bagi hambaNya.
Ya Allah, hancurkan kekuatan orang-orang munafiq, hinakan mereka, atau terimalah taubat mereka, hancurkan kedzalimannya, dan bersihkan muka bumi dari mereka, jadikanlah mereka orang yang baik. Amin.
Wahai para raja, para penguasa, dan wahai orang yang dzalim, wahai orang yang adil, wahai orang munafiq, wahai pemburu dunia sesaat dan akhirat hingga abadi, berpisahlah jiwamu dari segala hal selain Allah swt melalui mujahadah dan zuhudmu. Bersihkan hatimu dari selain Tuhanmu azza wa-Jalla. Hati-hatilah jangan sampai anda digiring oleh sesuatu, ditahan oleh sesuatu yang membuatmu berhenti menuju Tuhanmu Azza wa-Jalla.
Bila bagian rizki telah tiba, anda akan dapatkan dengan tangan perintahNya, dengan tangan keserasian di atas pijakan zuhud di dalamnya, bukan dengan tangan usaha dan cinta pada dunia.
Zuhud itu jika langgeng, akan aktif dalam jasad, merefleksikan rasa gelisah dalam hati dan rasa kurus pada bangunan tubuh. Bila rasa gelisah dan kurus muncul akan ada jalan keluar dari Allah azza wa-Jalla, dengan rasa gembira padaNya, dan ma’rifat kepadaNya, sehingga susah gelisah sirna.
Orang beriman itu hatinya putus dengan makhluk. Inti dirinya putus dengan makhluk sambung dengan Sang Khaliq. Maka bila tauhid menetap di hati, amal lahiriyahnya akan benar, sehingga seimbanglah keseraian lahir batinnya, baik rasa cukup dan rasa butuhmu, pujian dan cacian makhluk padamu, dinilai sama. Kenapa anda tidak mengeluarkan arti pujian dan cacian itu dari dirimu sedangkan hatimu sudah penuh dengan Allah Azza wa-Jalaa, dzikir dan rindu padaNya. Disinilah Allah swt berfirman:
“Disanalah wilayah pertolongan itu hanya bagi Allah Yang Haq.” (Al-Kahfi 44)
Maka anda menjadi pecinta yang benar, menjadi guru yang bijak, yang senantiasa dekat kepadaNya penuh dengan adab, tidak butuh pada makhluk, yakni tidak butuh sestau yang datang dari makhluk.
Hai orang bodoh, belajarlah dari kebodohanmu kenapa anda tidak belajar. Jangan sampai sesuatu yang dating darimu itu memayahkan dirimu, dan tak satu orang pun bisa membahagiakanmu.
Bila sesorang tidak bisa menjadi guru bagi dirinya sendiri, bagaimana ia bisa menjadi guru bagi orang lain?
Wahai kaumku, janganlah kalian itu menganggap lemah kekuasaan
Allah Azza wa-Jalla, yang membuatmu justru bercampur dengan orang-orang kafir. Beramallah dengan ilmu sampai kalian bertemu mereka, dengan amal yang didasari ilmu. Bila amal telah maujud, anda akan tahu kekuasaanNya. Saat itulah Allah azza wa-Jalla menjadikan bangunan dalam hati dan rahasia hatimu. Hingga tak ada hijab yang tersisa antara dirimu dengan Allah swt. Allah pun menampakkan rahasiaNya padamu dan memberikan makanan dari makanan anugerahNya, memberikan minuman dari air kebahagiaan, serta mendudukkan dirimu di atas hamparan makanan taqarrub padamu yang dating dari Allah azza wa-Jalla.
Semua itu adalah buahnya ilmu atas Al-Qur’an dan Sunnah. Amalkanlah keduanya, jangan berhenti hingga anda menemui Allah Sang Pemilik Ilmu, dan Dia meraihmu di hadapanNya. Bila anda menyaksikan Sang Guru Hukum dengan tarikan yang kuat dalam KitabNya, maka Dia mentransformasikan padamu menuju Kitab Pengetahuan. Bila termanifestasi di dalam hatimu dan maknanya meresap padamu, sedangkan Nabi saw, menyertai hati dan makna, beliau meraih keduanya dan memasukkan di hadapan Sang Maha Diraja, serta beliau bersabda, “Inilah kalian berdua dan Tuhan kalian.”
Bila bagian rizki telah tiba, anda akan dapatkan dengan tangan perintahNya, dengan tangan keserasian di atas pijakan zuhud di dalamnya, bukan dengan tangan usaha dan cinta pada dunia.
Zuhud itu jika langgeng, akan aktif dalam jasad, merefleksikan rasa gelisah dalam hati dan rasa kurus pada bangunan tubuh. Bila rasa gelisah dan kurus muncul akan ada jalan keluar dari Allah azza wa-Jalla, dengan rasa gembira padaNya, dan ma’rifat kepadaNya, sehingga susah gelisah sirna.
Orang beriman itu hatinya putus dengan makhluk. Inti dirinya putus dengan makhluk sambung dengan Sang Khaliq. Maka bila tauhid menetap di hati, amal lahiriyahnya akan benar, sehingga seimbanglah keseraian lahir batinnya, baik rasa cukup dan rasa butuhmu, pujian dan cacian makhluk padamu, dinilai sama. Kenapa anda tidak mengeluarkan arti pujian dan cacian itu dari dirimu sedangkan hatimu sudah penuh dengan Allah Azza wa-Jalaa, dzikir dan rindu padaNya. Disinilah Allah swt berfirman:
“Disanalah wilayah pertolongan itu hanya bagi Allah Yang Haq.” (Al-Kahfi 44)
Maka anda menjadi pecinta yang benar, menjadi guru yang bijak, yang senantiasa dekat kepadaNya penuh dengan adab, tidak butuh pada makhluk, yakni tidak butuh sestau yang datang dari makhluk.
Hai orang bodoh, belajarlah dari kebodohanmu kenapa anda tidak belajar. Jangan sampai sesuatu yang dating darimu itu memayahkan dirimu, dan tak satu orang pun bisa membahagiakanmu.
Bila sesorang tidak bisa menjadi guru bagi dirinya sendiri, bagaimana ia bisa menjadi guru bagi orang lain?
Wahai kaumku, janganlah kalian itu menganggap lemah kekuasaan
Allah Azza wa-Jalla, yang membuatmu justru bercampur dengan orang-orang kafir. Beramallah dengan ilmu sampai kalian bertemu mereka, dengan amal yang didasari ilmu. Bila amal telah maujud, anda akan tahu kekuasaanNya. Saat itulah Allah azza wa-Jalla menjadikan bangunan dalam hati dan rahasia hatimu. Hingga tak ada hijab yang tersisa antara dirimu dengan Allah swt. Allah pun menampakkan rahasiaNya padamu dan memberikan makanan dari makanan anugerahNya, memberikan minuman dari air kebahagiaan, serta mendudukkan dirimu di atas hamparan makanan taqarrub padamu yang dating dari Allah azza wa-Jalla.
Semua itu adalah buahnya ilmu atas Al-Qur’an dan Sunnah. Amalkanlah keduanya, jangan berhenti hingga anda menemui Allah Sang Pemilik Ilmu, dan Dia meraihmu di hadapanNya. Bila anda menyaksikan Sang Guru Hukum dengan tarikan yang kuat dalam KitabNya, maka Dia mentransformasikan padamu menuju Kitab Pengetahuan. Bila termanifestasi di dalam hatimu dan maknanya meresap padamu, sedangkan Nabi saw, menyertai hati dan makna, beliau meraih keduanya dan memasukkan di hadapan Sang Maha Diraja, serta beliau bersabda, “Inilah kalian berdua dan Tuhan kalian.”
Sumber: sufinews.com