Rabu, 25 Mei 2011

Membangun Sukses dengan Sabar dan Shalat

Adalah sebuah keniscayaan bahwa manusia itu sering dilanda persoalan dan permasalahan yang sangat mengganggu dirinya. Entah persoalan yang berhubungan dengan keluarga, kesulitan ekonomi, musibah, cita-cita yang belum tersampaikan, jodoh, pekerjaan, karier dan lain seterusnya. Persoalan-persoalan seperti ini biasanya akan mendatangkan kesedihan, kepahitan dan beban berat dalam hidupnya. Dalam keadaan yang demikian, pasti ia ingin segera lepas dari kesulitan maupun beban yang ditanggungnya akibat dari persoalan hidup, dan ingin cepat mendapatkan apa yang diinginkannya. Jika kita mengadukan persoalan-persoalan seperti ini kepada orang-orang yang sholeh, maka kita akan mendapatkan jawaban bahwa: "Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu"atau "Mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat" Inilah solusi yang dilakukan oleh orang-orang sholeh jika mendapatkan persoalan yang dirasa membebani dan menyulitkan hidupnya.

Sebagai seorang yang beriman, akan selalu menjalankan tuntunan dan petunjuk yang ada dalam Al Qur'an dan sunnah Rasul-Nya. Bukan mengikuti ajakan setan atau para dukun yang menyesatkan akidah keimanan kita.
Allah berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (SQ.Al Baqarah:153)

Sedang pada ayat sebelumnya:


فَٱذْكُرُونِىٓ أَذْكُرْكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لِى وَلَا تَكْفُرُونِ
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.


وَٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلْخَٰشِعِينَ ﴿٤٥﴾ ٱلَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَٰقُوا۟ رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ
Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (SQ.Al Baqarah: 45-46)

Dalam sebuah riwayat bahwa, Huzaifah bin Yaman menuturkan, “Pada malam berlangsungnya perang Ahzab, saya menemui Rasulullah saw, sementara beliau sedang shalat seraya menutup tubuhnya dengan jubah. Bila beliau menghadapi persoalan, maka beliau akan mengerjakan shalat“. Bahkan Ali bin Abi Thalib menuturkan keadaan Rasulullah saw pada perang Badar, “Pada malam berlangsungnya perang Badar, semua kami tertidur kecuali Rasulullah, beliau shalat dan berdo’a sampai pagi“

Ayat di atas adalah Firman Allah SWT, Tuhan yang berkuasa dan menciptakan atas seluruh alam yang dzohir maupun alam yang batin. Yang kekuasaan-Nya mutlak dan penuh tidak ada yang menyamaiNya. Yakin atau pun tidak sudah sebuah kepastian kalau di dalam sabar dan shalat itu ada rahasia yang agung yang jika kita melakukan akan mendapatkan keberuntungan yang besar dari Allah yang tidak pernah mengingkari janji-Nya.
Kita lihat keberhasilan orang-orang besar baik dalam bisnis maupun dalam penguasaan ilmu, seperti para ilmuwan, mereka tidak pernah meninggalkan kesabaran dan tetap dalam ketekunan dalam memperjuangkan apa yang mereka usahakan, meski mereka bukan orang-orang mukmin. Mereka hanya menjalankan satu point, yaitu sabar, tidak dengan shalat. Bagaimana dengan kita orang Muslim jika kita menjalankan dua point, yaitu sabar dan Shalat?  Jika kita benar-benar menjalankan keduanya kita pasti melebihi mereka orang-orang yang tidak beriman. Coba kita lihat jaman keemasan Islam yang telah mencapai kemanjuan di segala bidang yang mengunggli bangsa-bangsa lain. 
Seperti diberitakan oleh  DR. Lucien Leclerc, dalam bukunya Historie de la Medicine Arabe hal 91-92 bilang "Tak mungkin lagi dunia akan menyaksikan kenyataan yang luar biasa dahsyatnya sebagaimana yang dilakukan oleh bangsa Arab pada abad kesembilan. Bangsa penakluk ini, yang semangat keagamaannya membawa mereka menguasai setengah dunia, setelah membangun empiriumnya, kemudian mendesakkan ilmu pengetahuan ke depan, yang waktu itu belum mereka punyai sebagai satu bangsa yang besar. Dari semua bangsa yang berjalan di atas puing-puing kerajaan Romawi, hanya mereka sajalah yang melakukan studi demikian hebatnya, sementara bangsa-bangsa Jerman membangga-banggakan dirinya dengan kebiadaban dan kepicikannya, yang meminta ribuan tahun untuk menghubungkan lagi mata rantai tradisi yang terputus, yang dilakukan oleh bangsa Arab tidak lebih dari setengah abad. Mereka membangkitkan api persaingan dengan ummat Kristen yang ditaklukkan…. yang menyelamatkan keseragaman ras mereka….
Pada akhir abad ke delapan ilmu pengetahuan bangsa Arab barulah berupa sebuah buku terjemahan tentang ilmu kedokteran dan beberapa buku aljabar. Sebelum abad ke sembilan berakhir, bangsa Arab telah menguasai ilmu pengetahuan bangsa Yunani, mereka telah menonjolkan sarjana-sarjana tingkat tinggi ke tengah dunia dan menunjukkan ke hadapan dunia ilmu-ilmu pasti yang belum pernah dimiliki oleh guru-guru mereka, dengan kecepatan luar biasa mereka mengungguli guru-gurunya.” 

Kesimpulan: 
Seberat apa pun permasalahan yang kita tanggung jika kita hadapi dengan sabar dan shalat, kita akan merasa ringan dan tidak merasa berat menjalankannya serta akan menemui kemudahan dan keberhasilan.  Kita tidak akan merasa disibukkan dengan kesulitan yang membebani diri kita yang hanya memperberat memperpuruk gerak langkah perjalanan diri kita, bahkan dengan sabar dan shalat, kita akan dengan mudah dan ringan memberikan kemajuan gerak langkah dan keberhasilan orang lain.




Jumat, 20 Mei 2011

Memandang Wajah Orang Shaleh

Orang-orang yang dekat dengan Allah SWT adalah magnet yang bisa menarik siapa saja yang berada di sekitar mereka untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Bagai berdaya listrik, mereka mampu mengisi ulang setiap iman yang cahayanya mulai redup akibat timbunan dosa-dosa. Beruntung sekali bila kita berkesempatan bertemu dengan orang-orang pilihan ini. Kita akan bisa memperbaharui energi iman kita dengan memandang wajahnya dan mendengarkan nasehat-nasehat yang mengalir dari lisannya.

Abu Bakar Al Muthawi’i selama dua belas tahun selalu aktif mengikuti majelis Imam Ahmad. Di majelis tersebut hadits tersebut Imam Ahmad membacakan Al Musnad kepada putra-putra beliau. Namun, selama mengikuti mejalis tersebut, Al Muthawi’i tidak memiliki catatan, walau hanya satu hadits. Lalu, apa yang dilakukan Al Muthawi’i di majelis itu? Beliau ternyata hanya ingin memandang Imam Ahmad.
Ternyata, tidak hanya Al Muthawi’i saja yang datang ke majelis hadits hanya untuk memandang Imam Ahmad. Mayoritas mereka yang hadir dalam majelis tersebut memiliki tujuan yang sama dengan Al Mathawi’i. Padahal jumlah mereka yang hadir dalam majelis Imam Ahmad saat itu lebih dari 5000 orang, namun yang mencatat hadits kurang dari 500 orang. Demikian Ibnu Al Jauzi mengisahkan (Manaqib Imam Ahmad, 210).

Apa yang dilakukan Al Muthawi’i, bukanlah hal yang sia-sia. Karena, memandang orang shalih bisa memberikan hal yang positif bagi pelakunya. Memandang orang shalih, bisa membangkitkan semangat, untuk meningkatkan amalan kebaikan, tatkala keimanan seseorang sedang turun. Sebagaimana dilakukan oleh Abu Ja’far bin Sulaiman, salah satu murid Hasan Al Bashri. Beliau pernah mengatakan,”Jika aku merasakan hatiku sedang dalam keadaan qaswah (keras), maka aku segera pergi untuk memandang wajah Muhammad bin Wasi’ Al Bishri. Maka hal itu mengingatkanku kepada kematian.” (Tarikh Al Islam, 5/109).

Imam Malik sendiri juga melakukan hal yang sama tatkala merasakan qaswah dalam hati. Beliau berkisah,”Setiap aku merasakan adanya qaswah dalam hati, maka aku mendatangi Muhammad bin Al Munkadar dan memandangnya. Hal itu bisa memberikan peringatan kapadaku selama beberapa hari.” (Tartib Al Madarik, 2/51-52).


Imam Al Hasan Al Bashri sendiri dikenal sebagai ulama yang memandangnya, membuat pelakunya ingat kepada Allah, sebagaimana disebut oleh ulama semasa beliau, yakni Ibnu Sirin. Ulama lainnya, yang hidup semasa dengan beliau, Ats’ats bin Abdullah juga mengatakan,”Jika kami bergabung dengan majelis Al Hasan, maka setelah keluar, kami tidak ingat lagi terhadap dunia.” (Al Hilyah, 2/158).
Jika demikian besar dampak positif yang diperoleh saat seorang memandang wajah orang-orang shaleh, maka melakukannya dihitung sebagai ibadah, karena telah melaksanakan saran Rasulullah. Dimana, suatu saat beberapa sahabat bertanya, “Karib seperti apa yang baik untuk kami?” Rasulullah menjawab,”Yakni apabila kalian memandang wajahnya, maka hal itu mengingatkan kalian kepada Allah.” (Riwayat Abu Ya’la, dihasankan Al Bushiri).

Sebagaimana beliau juga bersabda, “Sesungguhnya sebagian manusia merupakan kunci untuk mengingatkan kepada Allah.” (Riwayat Ibnu Hibban, dishahihkan oleh beliau).

Tak mengherankan jika Waqi’ bin Jarah menilai bahwa memandang wajah Abdullah bin Dawud adalah Ibadah. Abdullah sendiri adalah seorang ahli ibadah di Kufah saat itu. (Tahdzib At Tahdzi, 7/296).
Lantas, bagaimana bisa, hanya dengan memandang orang shalih, maka pelakunya bisa ingat kepada Allah? Sebenarnya penalaran terhadap masalah ini tidak cukup susah. Kadang dalam kehidupan sehari-hari kita memiliki teman yang amat suka terhadap permainan sepak bola, pembicaraannya tidak pernah keluar dari kompetisi sepak bola dan para pemainnya, baju yang dipakai serupa dengan kostum klub-klub sepak bola, kamarnya dipenuhi dengan poster para pemainnya, kendaraannya dihiasi dengan atribut-atribut olah- raga yang kini digemari banyak orang ini. Otomatis, ketika kita melihat tampilan fisik teman yang demikian, maka ingatan kita langsung tertuju kepada bola.
Demikian pula, ketika ada kawan yang “gila” kuliner. Yang selalu berbicara mengenai rumah makan dan masakannya di berbagai tempat, dan banyak mencurahkan waktu untuk hoby-nya tersebut, maka melihat wajah orang yang demikian, akan mengingatkan kita pada makanan.
Tidak jauh berbeda ketika kita memiliki kawan yang amat menjaga perkataan, tidak menyeru, kecuali menyeru kapada jalan Allah. Kita pun mengetahui bahwa ia selalu menjaga puasa dan shalat, baik yang fardhu maupun yang sunnah. Ia pun wara’ (hati-hati) dalam bermuamalah, maka bertemu dengannya, bisa membuat kita termotivasi untuk melakukan amalan yang labih baik dari sebelumnya.
Apa yang telah dilakukan oleh para salaf di atas, mengingatkan kembali pada kita pada sebuah lantunan nasehat, yang sudah cukup akrab di telinga kita. Yakni nasehat “Tombo Ati” alias obat hati. “Kaping telu wong kang sholeh kumpulono”. Cara yang ketiga mengobati hati yang qaswah, adalah mendekati orang-orang shalih.
Kalau para ulama salaf saja masih merasa perlu mendekat kepada para shalihin hanya untuk memandang wajah mereka, guna melunakkan qaswah dalam hati dan memperbaiki diri. Lantas bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah memilih, siapa sahabat-sahabat yang bisa mengingatkan kita kepada Allah, di saat kita memandangnya? Padahal kita sama-sama sadar bahwa kualitas keimanan mereka amat jauh berada di atas yang kita miliki.

Sumber teks:
http://almanar.wordpress.com/
http://www.madinatulilmi.com/

Kamis, 19 Mei 2011

Menyatakan Perang dengan Setan


Latar Belakang memerangi Setan:

Pertama:
Setan adalah nyata-nyata sebagai musuh yang selalu menyesatkan. Ia tidak bisa diharapkan untuk diajak baik. Ia juga tidak akan membiarkan kita berbuat baik. Bahkan setan tidak akan merasa puas sebelum kita hancur binasa. Oleh sebab itu, tidak ada alasan bagi kita merasa aman dari musuh semacam ini, dan melupakan kejahatannya.

Coba kita renungkan dua ayat firman Allah berikut:

أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَـٰبَنِىٓ ءَادَمَ أَن لَّا تَعْبُدُوا۟ ٱلشَّيْطَـٰنَۖ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
"Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu", (QS.Ya Siin:60)

إِنَّ ٱلشَّيْطَـٰنَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَٱتَّخِذُوهُ عَدُوًّاۖ
"Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), "(QS. Fathir:6)

Ayat tersebut merupakan peringatan yang tegas dan keras bagi kita.

Kedua:
Setan memang tercipta dengan watak memusuhi kita untuk selama-lamanya, tanpa mengenal lelah dan menyerah kalah. Sepanjang siang dan malam setan selalu meluncurkan anak panahnya bertubi-tubi kepada kita. Jika kita lengah, dapat kita bayangkan apa akibatnya?

Selanjutnya, ada keadaan yang dapat kita alami, yaitu dalam beribadah kepada Allah dan mengajak manusia untuk datang ke pintu rahmat Allah. Kita melakukannya dengan perbuatan dan ucapan. Keadaan ini berlawanan dengan usaha, tujuan, keinginan dan perbuatan setan. Maka kita seolah-olah bertindak dan menyingsingkan lengan baju untuk membuat marah setan, melawan dan menantangnya. Karena itu, setan juga bertindak dan menyingsingkan lengan baju untuk memusuhi kita, memerangi dan melancarkan berbagai tipu daya agar bisa merusak agama dan ibadah kita, bahkan merusak segala urusan kita. Kenapa? Sebab setan merasa tidak aman setelah kita menantangnya dengan persiapan-persiapan taat kepada Allah. Setan bermaksud merusak orang yang tidak membuatnya marah dan tidak melawan, melainkan membenarkan dan menyetujuinya seperti orang-orang kafir, orang sesat dan orang-orang yang mencintai setan dalam sebagian keadaan. Lalu bagaimana tanggapan setan terhadap orang yang sengaja membuatnya marah dan memusatkan perhatian untuk melawannya? Bagaimana pun setan tetap musuh yang nyata bagi semua anak keturunan Adam As.

Ada permusuhan setan secara khusus bagi kita. Urusan diri kita bagi setan merupakan suatu hal yang penting, dan dalam menghadapi kita, setan mempunyai pembantu-pembantu. Pembantu setan yang paling berat bagi kita adalah hawa nafsu kita sendiri. Setan juga mempunyai banyak jalan dan pintu untuk menyusup masuk ke dalam benteng pertahanan kita, jika kita dalam keadaan lengah.

Seperti apa yang dikatakan oleh Yahya bin Mu'adz Ar-Razi. Beliau berkata: "Setan itu memiliki banyak waktu luang, sedang kita begitu sibuk. Setan dapat melihat kita, sedang kita tidak bisa melihatnya. Kita begitu mudah melupakannya, sedang ia tidak pernah lupa pada kita. Dan setan mempunyai banyak pembantu dalam diri kita."

Jika demikian posisi setan, maka kita harus terus memeranginya dan mengalahkannya. Kalau tidak, maka kita tidak akan aman dari kerusakan dan kebinasaan. Lalu dengan apa kita harus memerangi setan untuk dapat mengalahkannya?
Para Ulama ahli memerangi setan, mempunyai dua cara, yaitu:

   1. Sebagian Ulama mengatakan, bahwa cara menolak setan, tidak lain adalah dengan memohon perlindungan Allah swt. Karena setan itu ibarat anjing yang diberi kuasa oleh Allah memerangi kita. Jika kita sibuk memeranginya, kita akan kepayahan dan menghabiskan waktu saja, yang pada akhirnya kitalah yang kalah. Karena itu dengan melapor kepada Tuhan (Allah) yang menguasai anjing itu (setan), agar segera menyingkirkannya dari kita. Ini adalah cara yang lebih utama dan paling tepat.

   2. Ulama lain mengatakan, bahwa cara menolak setan adalah dengan bersungguh-sungguh (mujahadah) dan selalu dalam kesiagaan penuh melakukan penolakan, penangkalan dan perlawanan.

Sedang menurut Imam Al Ghozali, cara yang optimal dalam memerangi setan adalah dengan cara mengkombinasikan dua cara tersebut. Jadi, pertama kali kita harus selalu memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan setan, sebagaimana yang diperintahkan Allah. Karena hanya Allah sajalah yang kuasa menyelesaikan kejahatan setan.

Kemudian jika setan selalu dapat mengalahkan kita, maka harus menyadari bahwa kemenangan setan itu merupakan ujian dari Allah, agar kita lebih bersungguh-sungguh memerangi dan mengoptimalkan kekuatan dalam melaksanakan perintah Allah, serta agar kita benar-benar bersabar. Sama halnya perintah Allah kepada kita untuk menghadapi dan memerangi orang-orang kafir, padahal hakekatnya Allah kuasa menumpas orang-orang kafir. Maksudnya tidak lain adalah supaya kita mendapat bagian amal perang, amal sabar, bisa bersih dari dosa dan bisa memperoleh derajat sebagai syuhada. Sebagai mana firman Allah swt:

وَلِيَعْلَمَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَيَتَّخِذَ مِنكُمْ شُهَدَآءَ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلظَّـٰلِمِينَ .....
".....dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim, (QS. Ali Imran:140)

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا۟ ٱلْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ جَـٰهَدُوا۟ مِنكُمْ وَيَعْلَمَ ٱلصَّـٰبِرِينَ
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar." (QS. Ali Imran:142)

Demikian sedikit gambaran dan renungan kita dalam menghadapi reka yasa, tipu daya dan kejahatan setan yang selalu menghalangi kita beribadah kepada Allah.
Semoga bermanfaat.
============================
Sumber rujukan: Kitab Minhajul Abidin

LARANGAN (baca: peringatan) DALAM HUBUNGAN SUAMI ISTRI


Sahabat.., Dalam tatakrama hubungan suami-istri terdapat waktu yang memang dilarang untuk melakukannya, larangan ini bukan termasuk larangan yang termasuk haram, hanya peringatan saja dan apabila melanggarnya dan kemudian menemukan dampak yang kurang baik, maka janganlah menyalahkan siapa-siapa, akan tetapi ingatlah akan kehilapan anda yang kurang mematuhi peringatan.

Sebagian para Ulama ahli hikmah, yaitu mereka yang mengetahui hal-hal tersembunyi, menurut hasil investigasi mereka, diantara waktu yang dilarang melakukan hubungan seks diantaranya :

1. Jangan melakukan hubungan seks, tepat pada awal bulan (tanggal 1 Hijriyah), pada pertengahan bulan dan pada akhir bulan, tahun Hijriyyah. Karena penyakit gila, penyakit kusta dan lepra akan cepat menyerang isteri dan anaknya.
2. Jangan melakukan hubungan seks, tepat setelah shalat dzuhur, karena apabila dari hubungan seks ini terjadi anak, maka anaknya akan lebih banyak mengalami keresahan dalam hidupnya, sedangkan syetan menyukai manusia yang dalam keadaan resah... (gerah-gerah mau lagi..)
3. Ketika melakukan hubungan seks, jangan berkata-kata atau “ngobrol” yang tidak ada kaitannya dengan melakukan hubungan seks, karena apabila dari hubungan seks ini terjadi, anak maka anaknya tidak terlindung dari penyakit bisu atau tidak bisa bicara, mudah terjangkit penyakit bisu...(kita malah.. sengaja cerita lima eposode.., masalah kantor..., cerita harga cabe.., merapi meletus... huuh..)
4. Ketika melakukan hubungan seks, jangan memandangi alat kelamin masing-masing pasangan, usahakan mata anda agar bisa sedikit terpejam, karena apabila dari melakukan hubungan seks (dengan lihat kelamin) ini terjadi anak, maka anaknya terancam mengalami kebutaan, rabun, mata min.. (toh.. meski ga punya mata juga.. dia..mah masih bisa melihat dan tahu lobang ..ko')
5. Ketika melakukan hubungan seks, jangan menghayal merasa dengan wanita lain yang bukan isterimu yang digauli itu, (.. malah nghayalin.. supergirls..) juga sebaliknya, jangan menghayal merasa dengan lelaki lain yang bukan suamimu, (.. malah nghayalin ... superman..) karena apabila dari melakukan hubungan seks ini terjadi anak, maka anaknya akan cenderung berbuat jahat dan dlolim. Dan seorang junub hendaknya jangan membaca Qur’an karena dikhawatirkan akan diturunkan api dari langit dan akan membakarnya.
6. Jangan melakukan hubungan seks kecuali anda dan sitri anda masing-masing memakai kain atau satu selimut berdua, artinya tidak dalam keadaan telanjang bulat...meskipun dikamar berdua..,karena malaikat hadir (ngintip)... untuk memberikan rahmat... bagi yang melakukannya secara Isalmi..
7. Ketika melakukan hubungan seks, jangan mengelap air sperma dengan kain lap yang sama, artinya harus masing-masing memiliki kain lap sendiri, karena akan berdampak kekuatan syahwat saling mengalahkan, dan hal semacam ini akan menimbulkan perselisihan yang pada akhirnya berakibat perceraian.
8. Jangan melakukan hubungan seks sambil berdiri, hal semacam ini adalah diantara perbuatan hewan dan apabila dari melakukan hubungan seks ini terjadi anak, maka anaknya akan sering mengompol dan kencing disembarang tempat seperti layaknya hewan.
9. Jangan melakukan hubungan seks tepat pada malam Idul fitri, karena apabila dari melakukan hubungan seks ini terjadi anak, maka anaknya tidak akan mengalami banyak kesenangan.
10. Jangan melakukan hubungan seks tepat pada malam Idul adha, karena apabila dari melakukan hubungan seks ini terjadi anak, maka anaknya jari-jari tangan kanan dan kiri, atau kakinya berjumlah lebih seperti enam jari atau berjumlah kurang seperti empat jari.
11. Jangan melakukan hubungan seks tepat dibawah pohon yang sedang berbuah, karena apabila dari melakukan hubungan seks ini terjadi anak, maka anaknya akan cenderung membangkang, pendendam dan haus melakukan pembunuhan.
12. Jangan melakukan hubungan seks tepat diarah atau terkena sinar matahari kecuali apabila ditutup seperti dalam tenda. Karena apabila dari melakukan hubungan seks ini terjadi anak, maka anaknya tidak henti-hentinya dalam keadaan sulit hidup dan dalam keadaan fakir sampai mati.
13. Jangan melakukan hubungan seks tepat diantara terjadi adzan dan iqomat, karena apabila dari melakukan hubungan seks ini terjadi anak, maka anaknya akan cenderung haus untuk melakukan pembunuhan.
14. Hendaknya melakukan hubungan seks dalam keadaan suci atau punya wudlu, karena apabila dari melakukan hubungan seks yang tanpa wudlu ini terjadi anak, maka anaknya akan cenderung susah menerima nasihat atau buta mata hatinya dan kikir, pelit atau “cap jahe”.
15. Jangan melakukan hubungan seks tepat pada malam nisfu sya’ban, karena apabila dari melakukan hubungan seks ini terjadi anak, maka anaknya sering tertimpa musibah dan kemalangan.
16. Jangan melakukan hubungan seks tepat diatas atap atau diatas genting, karena apabila dari melakukan hubungan seks ini terjadi anak, maka anaknya akan cenderung riya dan munafiq.
17. Jangan melakukan hubungan seks ketika anda besoknya akan berpergian yang diperkiarakan akan menginap, karena apabila dari melakukan hubungan seks ini terjadi anak, maka anaknya akan cenderung menghabiskan hartanya bukan di jalan kebenaran. Dan sesungguhnya orang-orang yang membuat hartanya mubadzir maka dia adalah kawan-kawannya syetan.
18. Jangan melakukan hubungan seks ketika anda besoknya akan berpergian yang diperkiarakan akan menginap lebih dari tiga malam, karena apabila dari melakukan hubungan seks ini terjadi anak, maka anaknya akan cenderung membantu setiap kejahatan.

Allah Mengetahui Segalnya..                                                           

Pustaka : Makarimul Akhlaq - Syekh Rodiuddin At-Tabrisyi
Sumber: http://arbabulhija.blogspot.com/

Rabu, 18 Mei 2011

AJARAN ISLAM DALAM HUBUNGAN SUAMI ISTRI

Kawan-kawan kami yang berbahagia, Sebagai orang tua, siapapun pasti akan mengharapkan anaknya menjadi anak yang soleh dan solehah, namun terkadang kita lupa, atau malah tidak tahu bagaimana cara mendapatkan anak yang soleh dan solehah itu ?

Mencipakan anak soleh atau solehah, bukan hanya melalui pendidikan saja, akan tetapi bagaimana cara “maaf” membuat anak pun (hubungan suami istri) harus sesuai prilaku orang soleh, maksudnya menggunakan ajaran Islami.

Sahabat, Apabila kalian pasangan suami istri, sebelum melakukan hubungan, hendaknya kalian berdua untuk ber-wudlu dahulu, jangan asal nyosor saja.., mentang-mentang sudah milik-nya..

Kemudian suami disunnahkan menyapa istrinya dengan salam, dengan salam sebagai berikut ;


أَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ ياَباَبَ الرَّحْمَةِ
Artinya :
Semoga keselamatan kepadamu wahai pintu rahmat

Kemudian istri menjawabnya, dengan jawaban salam berikut ;

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ ياَفاَتِحَ الرَّحْمَةِ
Artinya :
Semoga keselamatan kepadamu juga wahai pembuka rahmat

Kemudian membaca do’a, do’a ini boleh dibaca berdua sama-sama, atau hanya salah seorang saja ;

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ أَللَّـهُمَّ جَنِّبْناَ الشَّيْطاَنَ وَجَنِّبِ الشَّيْطاَنَ عَلَى ماَرَزَقْتَناَ
Artinya :
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Ya Allah jauhkan kami dari syetan dan jauhkan syetan dari anak yang Engkau karuniakan kepada kami

Nah.., pada saat ini, sebelum anda mengeksekusi tendangan bebas disunnahkan bercanda, senda gurau serta pemanasan-pemanasan dulu, untuk mengundang rangsangan birahi yang baik, seperti saling meremas, saling mencium dan lain sebagainya.. saya percaya, anda pasti lebih tahu.

Jangan sekali-kali untuk mendapatkan rangsangan birahi, dengan menonton porno dahulu, karena akan berakibat penghambat mendapati anak yang tidak soleh. Karena rangsangan birahi harus dimulai dengan cara yang halal, sedang porno itu dilarang. Banyak cara, ketika ingin mendapati rangsangan birahi antara suami atau istri, seperti dengan memakai pakaian yang transparan, tentuanya dalam keadaan berdua, di kamar atau di rumah, ini boleh dan tidak melanggar agama loh.., terkadang kita aneh.., sesuatu yang dibolehkan agama justru tidak diperhatikan.

Ketika sebelum hubungan pemanasan dulu, maka akan berbuah sang anak menjadi energik, cerdas, lincah dan berakhlak baik. Artinya apabila sperma menjadi anak, maka anaknya tidak akan bego, bodoh, loyo, pemurung, idiot, bermuka masam dan penyakitan.

Kemudian apabila sperma terasa akan keluar, tahan dulu sebantar, baca ayat ini dalam hati, jangan dibaca dimulut :

الحَمْدُ ِللهِ الَّذِى خَلَقَ مِنَ الماَءِ بَشَراً فَجَعَلَهُ نَسَباً وَصِهْراً وَكاَنَ رَبُّكَ قَدِيْراً
Artinya ;
Segala puji bagi Allah yang menciptakan manusia dari air sperma lalu menjadikan manusia punya keturunan dan hubungan kekeluargaan, dan adalah tuhanmu Maha kuasa (Al-Furqon 54)


WAKTU HUBUNGAN SUAMI ISTRI
Waktu melakukan hubungan, lebih ditekankan malam jum’at atau hari jum’at setelah shalat Asar, menurut para Ulama ahli Hikmah, anak yang tercipta dari hubungan hari jum’at ba’da Asar, maka akan menjadi tokoh Ulama besar atau tokoh Pemimpin besar yang ilmunya bermanfaat.

Setiap kali selesai senggama segeralah berwudlu meskipun mau langsung tidur atau mau kembali senggama karena orang junub dijauhi malaikat rahmat.


DO’A DI SAAT HAMIL ( Sering-seringlah dibaca selama kehamilan )

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
الحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ , وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمْ , أَللَّـهُمَّ اخْفَظْ وَلَدِيْ مَادَامَ فِى بَطْنِ أُمِهِ , وَاشْفِهِ مَعَ أُمِهِ بِبَرَكَةِ مُحَمَّدٍ نَبِيِّكَ وَرَسُوْلِكَ , أَنْتَ الشَّافِى لاَشِفَاءَ إِلاَّشِفَائُكَ , اَللَّـهُمَّ صَوِّرْهُ فِى بَطْنِ أُمِهِ صُوْرَةً حَسَنَةً جَامِلَةً وَثَبِتْ فِى قَلْبِهِ إِيْمَاناً بِكَ وَبِرَسُوْلِكَ فِى الدُّنْياَ وَالاَخِرةِ , أَللَّـهُمَّ أَخْرِجْهُ مِنْ بَطْنِ أُمِهِ فِى وَقْتِ وِلاَدَتِهاَ سَلاَماً وَسَعِداً فِى الدُّنْياَ وَالاَخِرَةِ , أَللَّـهُمَّ تَقَبَّلْ دُعاَءَناَ كَماَتَقَبَّلْتَ دُعَاءَ نَبِيِّكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ , أَللَّـهُمَّ اخْفَظْ صِبْياَنَ الَّذِى خَرَجَ مِنْ عَالَمِ الظُّلُمَاتِ إِلىَ النُّوْرِ وَاجْعَلْهُ صاَلِحاً عَاقِلاً لَطِيْفًا بِشَاشَاةً بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّحِمِيْنْ ؛
Artinya :
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Semoga Allah limpahkan rahmat kepada baginda kita Muhammad Saw. Ya Allah lindungilah anakku selama dia berada di dalam perut ibunya, sehatkan dia berserta ibunya sebab keberkahan Nabi Mauhammad sebagai Nabi dan Utusan-Mu, Engkau yang menyembuhkan tidak ada kesembuhan melainkan hanya penyembuhan dari-Mu. Ya Allah berikan dia rupa yang baik dan bagus sejak di dalam perut ibunya, tanamkan di hatinya keimanan dan keyakinan kepada-Mu dan kepada Utusan-Mu di dunia dan akhirat. Ya Allah keluarkan dia dari perut ibunya pada saat kelahirannya selamat dan bahagia di dunia dan akhirat. Ya Allah terimalah semua permohonan kami sebagaiman Engkau terima permohonan Nabi dan Utusan-Mu Muhammad saw. Ya Allah lindungilah anak-anak yang keluar dari alam rahim yang gelap menuju alam dunia yang terang, jadikan mereka anak yang soleh, cerdas, penyayang, dan diliputi kebahagiaan, dengan segala kasih-Mu wahai Yang maha pengasih diantara yang pengasih.


DO’A AGAR MUDAH MELAHIRKAN ( Dibaca 3 kali, pada saat mau melahirkan )

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
أَللَّـهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلَيْهِ , أُخْرُجْ أَيُّهاَ المَوْلُدُ بِحَقِّ مَلِكِ المَعْبُوْدِ
Artinya :
Ya Allah limpahkan rahmat, salam serta keberkahan kepada baginda kita Muhammad Saw, keluarlah wahai anak yang akan terlahir sebab kebenaran kekuasaan Dzat Yang wajib disembah.

Allah Mengetahui Segalanya

Daftar Pustaka : Kitab Uqudul-Luzen, Qurrotul’ Uyun, Makarimul Akhlaq dll.
Sumber: http://arbabulhija.blogspot.com


Minggu, 15 Mei 2011

Menjenguk Status Diri Kita

Kalau kita bertanya, apa status kita? Mungkin jawabannya tidak sekedar, “Saya adalah anak dari bapak Fulan.” Jelas, sadar atau tidak, kita mempunyai banyak status. Coba mari kita ingat kembali, status apa saja yang ada pada diri kita? Dalam masyarakat kita bisa jadi sebagai pak RT, pak RW, sampai sebagai gubernur atau pun anggota dewan misalnya, dan seterusnya. Bisa jadi  kita sebagai pedagang, pengusaha dan seterusnya. Atau kita jadi seorang ustadz, guru, tokoh masyarakat  dan seterusnya. Dalam keluarga kita bisa jadi sebagai orang tua, anak, suami, istri, menantu, mertua dan seterusnya. Di samping  status, dalam kehidupan ini ada yang bisa kita sebut anti status. Anti status inilah yang  setiap orang pada umumnya menghidar dari padanya. Seperti kita sebut sebagai koruptor, maling, perampok, penipu, pelacur, penjudi, pemalas, pembohong, penghianat dan seterusnya sebutan yang tidak ingin satu pun orang menyandangnya. Dari banyaknya status seseorang yang mungkin ada padanya, ada satu status yang tidak bisa kita lari dari padanya, yaitu statusnya sebagai hamba Allah.

Status yang kita miliki itu kalau boleh kita ibaratnya adalah sebagai rumah milik kita yang mesti kita rawat dan kita perbaiki setiap ada kekurangan. Jika kita memiliki banyak status, maka ibarat kita memiliki banyak rumah. Dan tidak mungkin kita menempati sekali gus rumah-rumah yang banyak kita miliki itu, karena kita tidak bisa menggandakan diri lebih dari satu. Kita hanya bisa menempati satu rumah yang menjadikan kita nyaman, tenteram dan damai hidup di dalamnya bersama keluarga. Mungkin kita sekali-kali menempati rumah yang lain, berarti pula kita meninggalkan rumah lain milik kita. Jika rumah-rumah milik kita ingin selalu dalam keadaan baik, maka sudah pasti kita harus selalu memperhatikan  kekurangan maupun kerusakan yang ada untuk diperbaiki. Untuk bisa mengetahui kekurangan atau pun kerusakan, maka kita harus melihat langsung rumah kita itu. Mungkin kita harus menempuh perjalanan, jika rumah kita berada jauh dari tempat kita tinggal.

Lain halnya dengan status diri kita, meski pun banyak kita punya status,  satu-per satu bisa kita jenguk tanpa harus melakukan perjalanan, karena semua itu ada melekat dalam diri kita. Kita hanya sedikit meluangkan waktu untuk merenungkan diri, bagaimana dan seperti apa keadaan diri kita. Master status yang sangat dominan berpengaruh besar terhadap status diri yang lain adalah status kita sebagai hamba Allah. Jika status yang satu ini baik, maka baik pula status-status yang lain. Begitu pula jika status ini jelek. Mungkin kita sibuk dengan statusnya sebagai pedagang, sebagai pejabat, pegawai dan lain sebagainya, berarti kita sedang  menyatukan dirinya dengan status yang sedang kita lakukan. Sesibuk apa pun kita dengan status-status lain, tapi ingatlah bahwa kita punya status master sebagai hamba Allah yang mengharuskan kita menta'ati segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya, agar status kita sebagai hamba  Allah tetap baik.

Mari kita berdoa kepada Allah agar kita ditunjukkan oleh-Nya kebaikan akhlak.
اَللَّهُمَّ اهْدِنِي ِلأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ، لاَ يَهْدِي ِلأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا، لاَ يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَا
“Ya Allah, tunjukkanlah aku pada akhlak yang paling baik, karena sesungguhnya tidak ada yang bisa menunjukkan kepadanya selain Engkau, dan jauhkanlah aku dari keburukan akhlak karena sesungguhnya tidak ada yang bisa menjauhkannya melainkan Engkau.”

Senin, 09 Mei 2011

Kerasnya Hati



اِنَّ فِى الْجَسَدِمُضْغَةً اِذَاصَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَاِذَافَسَدَتْ فَسَدَالْجَسَدُكُلُّهُ أَلاَوَهِىَ الْقَلْبُ
Artinya : “Sesungguhnya di dalam jasad anak adam terdapat segumpal darah (daging) yang apa bila keadaannya baik, akan baik pula seluruh anggotanya. Dan jika keadaannya rusak, akan rusak pula seluruh anggota badannya”.Segumpal darah (daging) yang dimaksud adalah “Hati”.
Menurut Imam Al-Ghazali, hati adalah bagian tubuh manusia yang paling besar bahayanya, pengaruhnya paling kuat, masalahnya paling pelik dan sukar. Paling halus dan jika terjadi kerusakan (terjangkit suatu penyakit) sulit untuk memperbaikinya. Beliau juga menyatakan bahwa sesungguhnya di dalam hati terdapat permata yang sangat bernilai bagi manusia. Yaitu akal dan ma’rifah sebagai puncak kebesaran niukmat yang menjadi pangkal kebahagiaan dunia dan akhirat. Di dalam hati pula banyak terdapat kesibukan-kesibukan, karena akal dan nafsu berada di dalamnya. Jadi hati merupakan tempatnya ajang pertempuran antara akal dan nafsu beserta bala tentaranya masing masing. Beranekanya gerak hati itu seperti halnya air hujan yang tiada henti-hentinya, siang dan malam, sementara kita tidak mampu mencegahnya . Beebeda dengan mata dan telinga. Mata bila dipejamkan, maka ia akan berhenti melihat. Demikian halnya dengan telinga, apa bila ditutup rapat-rapat, ia pun akan berhenti mendengar. Demikian juga dengan lisani. Dengan menutup bibir, berarti seseorang berhenti berbicara. Oleh karena itu kita wajib memperhatikan hati dengan kesungguhan yang serius dari gerakan/getaran yang mengarah kepada perbuatan yang dilarang oleh Allah swt yang merupakan suatu penyakit yang sangat membahayakan keselamatan. Salah satu penyakit yang dijangkit oleh hati (qolbu) adalah kerasnya hati.
Tanda-Tanda Kerasnya Hati

1. Malas Melakukan Ketaatan dan Amal Kebaikan
Terutama malas untuk menjalankan ibadah, bahkan mungkin meremehkannya, melakukan shalat asal-asalan tanpa ada kekhusyukan dan kesungguhan, merasa berat dan enggan, merasa berat pula menjalankan ibadah-ibadah sunnah. Allah telah menyifati kaum munafiqin. Firman-Nya, artinya,
“Dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan.” (At-Taubah : 54)
2. Tidak Tersentuh Oleh Ayat Al-Qur'an dan Petuah
Ketika disampaikan ayat-ayat yang berkenaan dengan janji dan ancaman Allah, maka tidak terpengaruh sama sekali, tidak mau khusyu' atau tunduk, dan juga lalai dari membaca al-Qur'an serta mendengarkannya, bahkan enggan dan berpaling darinya. Sedang kan Allah Subhannahu wa Ta'ala telah memperingatkan, artinya,
“Maka beri peringatanlah dengan al-Qur'an orang yang takut kepada ancaman-Ku.” (Qaaf : 45)

3. Tidak Tersentuh dengan Ayat Kauniyah
Tidak tergerak dengan adanya peristiwa-peristiwa yang dapat memberikan pelajaran, seperti kematian, sakit, bencana dan semisalnya. Dia memandang kematian atau orang yang sedang diusung ke kubur sebagai sesuatu yang tidak ada apa-apanya, padahal cukuplah kematian itu sebagai nasihat.
“Dan tidakkah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, kemudian mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?” (At-Taubah :126)

4. Berlebihan Mencintai Dunia dan Melupakan Akhirat
Himmah dan segala keinginannya tertumpu untuk urusan dunia semata. Segala sesuatu ditimbang dari sisi dunia dan materi. Cinta, benci dan hubungan dengan sesama manusia hanya untuk urusan dunia saja. Ujungnya, jadilah dia seorang yang dengki, egois dan individualis, bakhil dan tamak terhadap dunia.

5. Kurang Mengagungkan Allah.
Sehingga hilang rasa cemburu dalam hati, kekuatan iman melemah, tidak marah ketika larangan Allah diterjang, serta tidak mengingkari kemungkaran. Tidak mengenal yang ma'ruf serta tidak peduli terhadap segala kemaksiatan dan dosa.

6. Kegersangan Hati
Kesempitan dada, mengalami kegoncangan, tidak pernah merasakan ketenangan dan kedamaian sama sekali. Hatinya gersang terus-menerus dan selalu gundah terhadap segala sesuatu.

7. Kemaksiatan Berantai
Termasuk fenomena kerasnya hati adalah lahirnya kemaksiatan baru akibat dari kemaksiatan yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga menjadi sebuah lingkaran setan yang sangat sulit bagi seseorang untuk melepaskan diri.


Sebab-Sebab Kerasnya Hati

1. Ketergantungan Hati kepada Dunia serta Melupakan Akhirat
Kalau hati sudah keterlaluan mencintai dunia melebihi akhirat, maka hati tergantung terhadapnya, sehingga lambat laun keimanan menjadi lemah dan akhirnya merasa berat untuk menjalankan ibadah. Kesenangannya hanya kepada urusan dunia belaka, akhirat terabaikan dan bahkan ter-lupakan. Hatinya lalai mengingat maut, maka jadilah dia orang yang panjang angan-angan.
Seorang salaf berkata, "Tidak ada seorang hamba, kecuali dia mempunyai dua mata di wajahnya untuk memandang seluruh urusan dunia, dan mempunyai dua mata di hati untuk melihat seluruh perkara akhirat. Jika Allah menghendaki kebaikan seorang hamba, maka Dia membuka kedua mata hatinya dan jika Dia menghendaki selain itu (keburukan), maka dia biarkan si hamba sedemikian rupa (tidak mampu melihat dengan mata hati), lalu dia membaca ayat, “Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci.” (Muhammad : 24)

2. Lalai
Lalai merupakan penyakit yang berbahaya apabila telah menjalar di dalam hati dan bersarang di dalam jiwa. Karena akan berakibat anggota badan saling mendukung untuk menutup pintu hidayah, sehingga hati akhirnya menjadi terkunci. Allah berfirman, “Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka itu lah orang-orang yang lalai” (QS.16:108)
Allah Subhannahu wa Ta'ala memberitahukan, bahwa orang yang lalai adalah mereka yang memiliki hati keras membatu, tidak mau lembut dan lunak, tidak mempan dengan berbagai nasehat. Dia bagai batu atau bahkan lebih keras lagi, karena mereka punya mata, namun tak mampu melihat kebenaran dan hakikat setiap perkara. Tidak mampu membedakan antara yang bermanfaat dan membahayakan. Mereka juga memiliki telinga, namun hanya digunakan untuk mendengarkan berbagai bentuk kebatilan, kedustaan dan kesia-siaan. Tidak pernah digunakan untuk mendengarkan al-haq dari Kitabullah dan Sunnah Rasul Shalallaahu alaihi wasalam (Periksa QS. Al A'raf 179)

3. Kawan yang Buruk
Ini juga merupakan salah satu sebab terbesar yang mempengaruhi kerasnya hati seseorang. Orang yang hidupnya di tengah gelombang kemaksiatan dan kemungkaran, bergaul dengan manusia yang banyak berku-bang dalam dosa, banyak bergurau dan tertawa tanpa batas, banyak mendengar musik dan menghabiskan hari-harinya untuk film, maka sangat memungkinkan akan terpengaruh oleh kondisi tersebut.

4. Terbiasa dengan Kemaksiatan dan Kemungkaran
Dosa merupakan penghalang seseorang untuk sampai kepada Allah. Ia merupakan pembegal perjalanan menuju kepada-Nya serta membalikkan arah perjalanan yang lurus.
Kemaksiatan meskipun kecil, terkadang memicu terjadinya bentuk kemaksiatan lain yang lebih besar dari yang pertama, sehingga semakin hari semakin bertumpuk tanpa terasa. Dianggapnya hal itu biasa-biasa saja, padahal satu persatu kemaksiatan tersebut masuk ke dalam hati, sehingga menjadi sebuah ketergantungan yang amat berat untuk dilepaskan. Maka melemahlah kebesaran dan keagungan Allah di dalam hati, dan melemah pula jalannya hati menuju Allah dan kampung akhirat, sehingga menjadi terhalang dan bahkan terhenti tak mampu lagi bergerak menuju Allah.

5. Melupakan Maut, Sakarat, Kubur dan Kedahsyatannya.
Termasuk seluruh perkara akhirat baik berupa adzab, nikmat, timbangan amal, mahsyar, shirath, Surga dan Neraka, semua telah hilang dari ingatan dan hatinya.

6. Melakukan Perusak Hati
Yang merusak hati sebagaimana dikatakan Imam Ibnul Qayyim ada lima perkara, yaitu banyak bergaul dengan sembarang orang, panjang angan-angan, bergantung kepada selain Allah, berlebihan makan dan berlebihan tidur.


Solusi

Hati yang lembut dan lunak merupakan nikmat Allah yang sangat besar, karena dia mampu menerima dan menyerap segala yang datang dari Allah. Allah mengancam orang yang berhati keras melalui firman-Nya,
“Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang membatu hatinya untuk mengingat Allah.Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. (Az-Zumar: 22)

Di antara hal-hal yang dapat membantu menghilangkan kerasnya hati dan menjadikannya lunak, lembut dan terbuka untuk menerima kebenaran dari Allah yakni:

1. Ma'rifat (mengenal) Allah
Siapa yang kenal Allah, maka hatinya pasti akan lunak dan lembut, dan siapa yang jahil terhadap-Nya, maka akan keras hatinya. Semakin bodoh seseorang terhadap Allah, maka akan semakin berani melanggar batasan-Nya. Dan semakin seseorang berfikir tentang Allah, maka semakin sadar akan kebesaran Allah, keluasan nikmat serta kekuasaan Nya.

2. Mengingat Maut
Pertanyaan kubur, kegelapannya, sempit dan sepinya, juga penderitaan menjelang sakaratul maut termasuk ke dalam mengingat maut. Memperhatikan pula orang-orang yang telah mendekati kematian dan menghadiri jenazah. Hal itu dapat membangunkan ketertiduran hati kita, dan mengingatkan dari keterlenaan. Sa’id bin Jubair berkata, "Seandainya mengingat mati lepas dari hatiku, maka aku takut kalau akan merusak hatiku."

3. Berziarah Kubur dan Memikirkan Penghuninya.
Bagaimana mereka yang telah ditimbun tanah, bagaimana mereka dulu makan, minum dan berpakaian dan kini telah hancur di dalam kubur, mereka tinggalkan segala yang dimiliki, harta, kekuasaan maupun keluarga, lalu ingat dan berfikir, bahwa sebentar lagi dia juga akan mengalami hal yang sama.

4. Memperhatikan Ayat-ayat Al- Qur'an.
Memikirkan ancaman dan janjinya, perintah dan larangannya. Karena dengan memikirkan kandungannya, maka hati akan tunduk, iman akan bergerak mendorong untuk berjalan menuju Rabbnya, hati menjadi lunak dan takut kepada Allah.

5. Mengingat Akhirat dan Kiamat
Ingat akan huru-hara dan kedahsyatannya, Surga dengan kenimatannya, neraka dengan penderitaannya yang disediakan bagi para pelaku dosa dan kemaksiatan.

6. Memperbanyak Dzikir dan Istighfar
Dzikir dapat melunakan hati yang keras. Karena itu selayaknya seorang hamba mengobati hatinya dengan berdzikir kepada Allah, sebab ketika kelalaian bertambah, maka kekerasan hati makin memuncak pula.

7. Mendatangi Orang Shalih dan Bergaul dengen Mereka.
Orang shaleh akan memberikan semangat ketika kita lemah, mengingatkan ketika lupa, dan memberikan jalan ketika kita bingung dan pertemuan dengan mereka akan membantu kita dalam melakukan ketaatan kepada Allah

8. Berjuang, Introspeksi dan Melihat Kekurangan Diri.
Manusia, jika tidak mau berjuang, introspeksi dan melihat kekurangan diri, maka dia tidak tahu, bahwa dirinya sakit dan banyak kekurangan. Jika dia tidak merasa sakit atau punya kekurangan, maka bagaimana mungkin dia akan memperbaiki diri atau berobat?

Mari kita memohon kepada Allah agar kita terhindar dari hati (qolbu yang kotor dan keras)

اللهم طهر قلبي من النفاق وفرجي من الزنا ولساني من الكذب اللهم إني أسألك إيماناً يباشر قلبي ويقيناً صادقاً حتى أعلم أنه لن يصيبني إلا ما كتبته علي والرضا بما قسمته لي يا ذا الجلال والإكرام اللهم اجعل لي نوراً في قلبي ونوراً في قبري ونوراً في سمعي ونوراً في بصري ونوراً في شعري ونوراً في بشري ونوراً في لحمي ونوراً في دمي ونوراً في عظامي ونوراً من بين يدي ونوراً من خلفي ونوراً عن يميني ونوراً عن شمالي ونوراً من فوقي ونوراً من تحتي. اللهم زدني نوراً وأعطني نوراً واجعل لي نوراً  وصلى اللّه على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم  والحمد لله رب العالمين
sumber: http://www.alsofwah.or.id:

Sabtu, 07 Mei 2011

Siksaan Orang yang Meninggalkan Shalat


Allah SWT berfirman:
فَخَلَفَ مِنۢ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَٱتَّبَعُوا۟ ٱلشَّهَوَٰتِ ۖ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا ، إِلَّا مَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحًا فَأُو۟لَٰٓئِكَ يَدْخُلُونَ ٱلْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ شَيْـًٔا
Terjemahannya: "Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. kecuali orang yang bertobat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikit pun." (SQ. Maryam:59-60)

Ibnu Mas'ud berkata: "Makna menyia-nyiakan shalat bukan berarti meninggalkannya secara  keseluruhan, tapi mengakhirkannya dari waktu-waktu yang telah ditentukan." Sa'id bin Al Musayyab, imam para tabi'in berkata: "Yaitu orang yang tidak melakukan shalat Dzuhur hingga datang waktu Ashar, tidak melakukan shalat Ashar hingga datang waktu Magrib, tidak melakukan shalat Maghrib hingga datang waktu Isya', Tidak melakukan shalat Isya' hingga datang waktu Fajar dan tidak melakukan shalat Subuh hingga matahari terbit. Barang siapa yang mati dalam keadaan yang demikian itu, sebelum ia bertaubat, maka Allah mengancamnya dengan ghayyan yaitu suatu jurang yang sangat dalam di dalam neraka Jahannam yang sangat keras siksaannya.

Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Terjemahannya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang barbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi."  (QS. Al Munafikuun:9)

Menurut Jama'ah para mufasirin, bahwa yang dimaksud dengan dzikrullah dalam ayat ini adalah shalat lima waktu. Barang siapa yang meninggalkan shalat lima waktu dari waktunya, karena sibuk dengan urusan harta bendanya, seperti jual beli aktivitas pekerjaannya atau sibuk oleh anaknya, maka ia termausk orang-orang yang meugi. Karenanya Rasulullah saw. bersabda: "Sesuatu yang pertama kali dihisab bagi seorang hamba pada hari kiamat dari amalnya adalah shalatnya, jika shalatnya baik, maka ia sungguh beruntung dan selamat, jika shalatnya kurang, maka sungguh ia menyesal dan merugi."

Sebagian para perawi hadits meriwayatkan: Sesungguuhnya barangsiapa yang memelihara shalat, maka Allah memuliakannya dengan lima hal, yaitu:
  1.  Kesulitan kehidupan akan dihilangkan dari padanya.
  2. Dibebaskan dari siksa kubur.
  3. Allah menerimakan kepadanya kitab catatan amalnya dengan tangan kanannya.
  4. Melewati jembatan shirath (jembatan yang melintas di atas neraka) bagaikan kecepatan kilat.
  5. Dimasukkan ke surga tanpa hisab.
Sementara bagi orang yang menghina dan meremehkan shalat, Allah akan menimpakkan siksa dengan lima belas macam siksaan. Lima ditimpakan di dunia, tiga saat kematian, tiga di dalam kubur dan empat lagi ketika bangkit dari kubur.

Lima siksaan yang ditimpakan di dunia ialah:
  1.  Dicabut berkahan umurnya
  2. Tanda-tanda kesolehan dihapus dari wajahnya 
  3. Setiap amalan yang dikerjakan tidak diberi pahala oleh Allah swt
  4. Doanya tidak dinaikan, tidak menembus ke langit
  5.  Tidak mendapatkan bagian dari doanya orang-orang soleh 

Tiga siksaan yang ditimpakan saat kematian, ialah:
    1. Dia mati dalam keadaan hina
    2. Mati dalam keadaan kelaparan
    3. Mati dalam keadaan kehausan, sekali pun diberi air lautan dunia ini kehausannya tidak akan sirna
    Tiga siksaan dalam kubur
    1. Liang kuburnya mengimpit hingga tulang rusuknya terpatah-patah
    2. Api dinyalakan di dalam kuburnya sehingga ia terpanggang  bergelimpangan siang dan malam
    3. Dia dililit ular besardi dalam kuburnya, yang bernama ular Syujja'ul Aqra' ,. ular ini kedua matanya dari api, kuku-kukunya dari besi, panjang dari setiap kukunya sepanjang perjalanan sehari. Ular ini berkata kepada si mayit, "Aku adalah Syujja'ul Aqra'.  " suaranya seperti petir yang menyambar-nyambar. Ia berkata, "Aku diperintaj Tuhanku untuk memukulmu karena kamu menyia-nyiakan shalat shubuh hingga matahari terbit, aku memukulmu karena kamu menyia-nyiakan shalat Dzuhur hingga datang waktu Ashar, jua karena kamu menyia-nyiakan shalat Ashar hingga datang waktu Maghrib, Aku memukulmu karena kamu menyia-nyiakan shalat Maghrib hingga datang waktu Isya',  dan aku juga memukulmu karena kamu menyia-nyiakan shalat Isya' hingga datang waktu fajar. Ketika ular memukulnya sekali pukulan si mayit terbenam ke dalam bumi tujuh puluh dzira'. Si mayit selalu disiksa di dalam kubur tanpa pernah berhenti hingga datang hari kiamat.
    Sedangkan empat siksaan lagi ditimpakan saat dibangkitkan dari kubur, ialah:
    1. Dia mendapatkan hisab yang sangat berat di muaqif  (tempat menghimpun manusia pada hari kiamat untuk menunggu hisab)
    2. Mendapat kemurkaan Allah
    3. Dimasukan ke dalam neraka
    Dari sumber rujukan dikatakan hadits tersebut mengenai penjekasannya secara rinci tidak sesuai dengan jumlah lima belas. barangkali perawi lupa menuliskan mengenai penjelasan yang ke lima belas.
      Sumber materi: Kitab        مكاشفة القلوب 
       Sumber gambar: mbah Google