Senin, 20 Januari 2014

MAKNA MA'RIFAT


Ma’rifat adalah sebuah keadaan atau sebuah kepribadian atau sifat atau kwalitas yang ada dalam diri orang arief.  Diterangkan dalam Kitab Risalah Al Qusyairiyah, bahwa: menurut pandangan para ulama, ma’rifat adalah sifat dari orang-orang yang mengenal Allah dengan nama-nana dan sifat-sifat-Nya, kemudian ia membenarkan  Allah dengan melaksanakan ajaran-Nya  dengan segala perbuatan. Ia membersihkan dirinya dari akhlak yang rendah dan dosa-dosa, kemudian lama berdiri mengetuk “pintu” Allah. Dengan hati yang istiqomah dia beri’tikaf untuk menjauhi dosa-dosa, sehingga ia memperoleh sambutan yang indah dari Allah. Allah membimbing dalam semua keadaanya, maka terputuslah semua gelora nafsu dari dirinya dan hatinya tidak pernah terdorong lagi untuk melakukan selain ini. Ia menjadi asing di tengah manusia, bebas dari dosa-dosa, bersih dari urusan dunia, terus menerus bermunajat di hadapan Allah dengan cara sirri (rahasia dan tersembunyi). Semua ucapannya adalah benar. Dia berkata dengan bimbingan Allah. Diberitahukan kepadanya rahasia-rahasia Allah tentang kekuasaan-Nya yang berlaku.
Imam Abul Qosim Al-Qusyairi menambahkan keterangan bahwa, yang dimaksud Ma’rifah menurut para sufi adalah pengosongan diri untuk selalu mengingat Allah Yang Maha Benar dan Maha Suci. Ia tidak lagi menyaksikan selain Allah Azza wa Jalla dan tidak kembali kepada selain-Nya, sebagaimana orang yang berakal akan kembali kepada hati, pikiran, dan renungannya dalam menghadapi sesuatu, atau menghadapinya dengan kenyataan, maka seorang yang arif akan kembali kepada Tuhannya. Jika ia disibukkan dengan Tuhannya, maka ia tidak lagi kembali kepada hatinya. Bagaimanakah suatu makna akan bisa masuk ke dalam hati orang yang tidak memiliki  hati. Bedakanlah antara orang yang hidup dengan hatinya, dengan orang yang hidup dengan Tuhannya.
Syekh Ibnu ‘Atha’illah As-Sakandari dalam kitab Al-Hikam menyatakan:
مَاالْعَارِفُ مَنْ اِذَا اَشَارَ وَجَدَ الْحَقَّ اَقْرَبَ اِلَيْهِ مِنْ اِشَارَتِهِ، بَلِ الْعَارِفُ مَنْ لا اِشَارَةَ لَهُ لِفِنَا ئِهِ فِى وُجُودِهِ وَانْطِوَا ئِهِ فِى شُهُوْدِهِ
  

 
Artinya: “Bukanlah orang yang ma’rifat itu orang yang apabila member isyarah maka ia merasa menemukan Allah lebih dekat kepadanya, Melainkan, orang yang ma’rifat itu adalah orang yang baginya tidak ada isyarah, karena ia fana dalam wujud-Nya dan tenggelam dalam syuhud (penyaksian) kepada-Nya
Makna  di atas, sejalan dengan pendapat Imam Abul Qosim Al-Qusyairi bahwa, seorang arif itu Ia tidak lagi menyaksikan selain Allah Azza wa Jalla dan tidak kembali kepada selain-Nya. Ia merasakan kepalsuan segala sesuatu, baik akalnya, pikirannya, hatinya maupun kenyataan yang ada, selain Allah Azza wa Jalla.
Dalam keterangannya yang lain, Syekh Ibnu ‘Atha’illah As-Sakandari menyatakan bahwa:

 Artinya:   Seorang yang arif tidak kunjung hilang hajat kebutuhannya, dan tidak pernah merasa tenang atau bersandar pada sesuatu selain Allah Ta’ala.