Kamis, 29 September 2016

Membaca Shalawat untuk Nabi



Yang mau belanja dulu di Lazada silahkan masukan nama barang yg anda cari



Membaca shalawat adalah salah satu amalan yang disenangi orang-orang NU, disamping amalan-amalan lain semacam itu. Ada shalawat “Nariyah”, ada “Thibbi Qulub”. Ada shalawat “Tunjina”, dan masih banyak lagi. Belum lagi bacaan “hizib” dan “rawatib” yang tak terhitung banyaknya. Semua itu mendorong semangat keagamaan dan cita-cita kepada Rasulullah sekaligus ibadah.

Salah satu hadits yang membuat kita rajin membaca shalawat ialah: Rasulullah bersabda: Siapa membaca shalawat untukku, Allah akan membalasnya 10 kebaikan, diampuni 10 dosanya, dan ditambah 10 derajat baginya. Makanya, bagi orang-orang NU, setiap kegiatan keagamaan bisa disisipi bacaan shalawat dengan segala ragamnya.

Salah satu shalawat yang sangat popular ialah “Shalawat Badar”. Hampir setiap warga NU, dari anak kecil sampai kakek dan nenek, dapat dipastikan melantunkan shalawat Badar. Bahkan saking populernya, orang bukan NU pun ikut hafal karena pagi, siang, malam, acara dimana dan kapan saja “Shalawat Badar” selalu dilantunkan bersama-sama.

Shalawat yang satu ini, “shalawat Nariyah”, tidak kalah populernya di kalangan warga NU. Khususnya bila menghadapi problem hidup yang sulit dipecahkan maka tidak ada jalan lain selain mengembalikan persoalan pelik itu kepada Allah. Dan shalawat Nariyah adalah salah satu jalan mengadu kepada-Nya.

Salah satu shalawat lain yang mustajab ialah shalawat Tafrijiyah Qurtubiyah, yang disebut orang Maroko shalawat Nariyah karena jika mereka (umat Islam) mengharapkan apa yang dicita-citakan, atau ingin menolak apa yang tidak disuka, mereka berkumpul dalam satu majelis untuk membaca shalawat Nariyah ini sebanyak 4444 kali, tercapailah apa yang dikehendaki dengan cepat bi idznillah. Shalawat ini juga oleh para ahli yang tahu rahasia alam.

Imam Dainuri memberikan komentarnya: Siapa membaca shalawat ini sehabis shalat (fardlu) 11 kali digunakan sebagai wiridan maka rejekinya tidak akan putus, disamping mendapatkan pangkat/kedudukan dan tingkatan orang kaya. (Khaziyat al-Asrar, hlm 179)

Simak sabda Rasulullah SAW berikut ini:
وَأخْرَجَ ابْنُ مُنْذَة عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ الله عَنهُ أنّهُ قال قال َرسُوْلُ اللهِ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ: مَنْ صَلّى عَلَيَّ كُلّ يَوْمٍ مِئَة مَرّةٍ وَفِيْ رِوَايَةٍ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي اليَوْمِ مِئَة مَرّةٍ قَضَى اللهُ لَهُ مِئَة حَجَّةٍ سَبْعِيْنَ مِنْهَا في الأخِرَةِ وَثَلاثِيْنَ فِي الدُّنْيَا إلى أنْ قال وَرُوِيَ أن النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عليه وسلم قال : اكْثَرُوا مِنَ الصَّلاةِ عَلَيَّ فَإنّهَا تَحِلُّ اْلعَقْدَ وَتَفْرجُ الكُرَبَ كَذَا فِيْ النزهَةِ

Hadits Ibnu Mundah dari Jabir, ia mengatakan: Rasulullah SAW bersabda: Siapa membaca shalawat kepadaku 100 kali maka Allah akan mengijabahi 100 kali hajatnya; 70 hajatnya di akhirat, dan 30 di dunia. Sampai kata-kata … dan hadits Rasulullah yang mengatakan: Perbanyaklah shalawat kepadaku karena dapat memecahkan masalah dan menghilangkan kesedihan. Demikian seperti tertuang dalam kitab an-Nuzhah.

Rasulullah di alam barzakh mendengar bacaan shalawat dan salam dan dia akan menjawabnya sesuai jawaban yang terkait dari salam dan shalawat tadi. Seperti tersebut dalam hadits. Rasulullah SAW bersabda: Hidupku, juga matiku, lebih baik dari kalian. Kalian membicarakan dan juga dibicarakan, amal-amal kalian disampaikan kepadaku; jika saya tahu amal itu baik, aku memuji Allah, tetapi kalau buruk aku mintakan ampun kepada Allah. (Hadits riwayat Al-hafizh Ismail Al-Qadhi, dalam bab shalawat ‘ala an-Nabi).

Imam Haitami dalam kitab Majma’ az-Zawaid meyakini bahwa hadits di atas adalah shahih. Hal ini jelas bahwa Rasulullah memintakan ampun umatnya (istighfar) di alam barzakh. Istighfar adalah doa, dan doa Rasul untuk umatnya pasti bermanfaat.

Ada lagi hadits lain. Rasulullah bersabda: Tidak seorang pun yang memberi salam kepadaku kecuali Allah akan menyampaikan kepada ruhku sehingga aku bisa menjawab salam itu. (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah. Ada di kitab Imam an-Nawawi, dan sanadnya shahih)
KH Munawwir Abdul Fattah
Pengasuh Pesantren Krapyak, Yogyakarta
Sumber: NU.online

TOBAT

Di sebuah pinggiran jalan itu tiap malam ramai berkumpul anak-anak muda. Mereka ada yang duduk sambil menghisap rokok dengan kopi kentalnya, ada juga yang asyik ngobrol tentang pekerjaannya, pengalamannya, pacarnya yang dogondol laki lain, pokoknya ngobrol ngalor ngidul gak karuan deh. Yang penting mereka di sana bisa bertemu teman-temannya ngoblol buat sekedar melepaskan kepenatannya. Kalo sudah bisa ngobrol rasanya plong... Ditambah lagi dengan canda dan tawa, cekakak cekikik..... Mereka sepertinya sudah biasa dengan keakrabannya.

Diantara mereka anda yang nyeletuk, "Jon, kamu itu kapan tobatnya? Masa tiap malam nyekek botol mulu? Gue denger si Tompleng aja udah tobat, gak mau lagi jadi tukang palak di pasar Tumplek, kemaren gue liat dia pake peci ama kaen sarung, tau dah mau sholat kali die yeh?!"  "Aku  juga pengin sih sholat ikut die", tambahnya.

Membaca penggalan cerita di atas,  sepertinya istilah  tobat di kalangan mereka itu adalah berhenti dari kemaksiatan, perbuatan dosa atau kejahatan yang biasa berkembang dalam masyarakat, seperti mabuk-mabukan, mencuri, merampok dll. Tidak salah sih. Cuma mereka seperti tidak sadar kalau kebiasaan meninggalkan shalat atau kewajiban lain sebagai yang disyari'atkan dalam Islam pun merupakan perbuatan dosa yang harus tobat. Lalu apa sih tobat itu?

Taubat pada hakikatnya menurut arti bahasa adalah "kembali". Kata taba berarti "kembali" maka taubat maknanya juga kebali. Artinya kembali dari sesuatu yang dicela dalam syari'at menuju sesuatu yang dipuji dalam syari'at. Dalam suatu kesempatan Nabi SAW. menjelaskan bahwa:
اَلنَّدَمُ تَوْبَةٌ
"Penyesalan adalah taubat"
(Hadits diriwayatkan Ibnu Mas'ud dan dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam Al-Musnad I/376-423-433, dan Bukhari mengeluarkannya dalam At-Tarikh)

Agar taubat dapat diterima oleh Allah swt, ada tiga syarat yang harus dipenuhi:
1. Menyesali pelanggaran yang pernah diperbuatnya
2. Meninggalkan perbuatan tersebut
3. Berketetapan hati untuk tidak mengulangi perbuatan serupa kembali.
Dilihat dari pelakunya, maka dipastikan orang ang melakukan taubat adalah orang yang beriman kepada Allah. Jika ada orang tidak pernah bertaubat atas perbuatan yang melanggar hukum Allah, maka ia dipastikan tidak adanya iman kepada Allah. seperti firman Allah;

وَتُوبُوا إِلَى اللهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”. [Qur’an, 24: 31].

Ada tiga motivasi seorang mukmin melakukan taubat atas dosa yang ia lakukan.
1. karena takut siksaan
2. karena mengharap pahala
3. karena sikap hati-hati dan ketelitian hatinya

Kebanyakan orang yang tidak segera bertaubat adalah tidak lagi takut kepada Allah, yang artinya tidak lagi berfikir dua kali jika melanggar perintah Allah dan jatuh kedalam dosa. Ibnu Mas’ud ra, pernah meriwayatkan bahwa: “Orang beriman melihat dosanya seolah-olah dia sedang duduk dibawah gunung dimana ia takut gunung itu akan menimpanya, namun orang yang sombong menganggap dosanya ibarat seekor lalat yang terbang melewati hidungnya kemudian ia mengusirnya (kemudian Ibnu Mas’ud mengibaskan tangannya didepan hidunganya sebagai ilustrasi) (Sahih Bukhari. vol.8 hal.214 no.320).

Bagi kita yang mengharap keselamatan dunia dan akhirat, mesti cepat-cepatlah  bartaubat atas perbuatan yang melanggar ketentuan Allah, Karena kepuasan dan kesenangan yang kita dapat dari perbuatan pelanggaran ketentuan Allah yang kita lakukan sangat tidak sebanding dengan balasan siksaan-Nya yang begitu dasyat di akhirat nanti. Coba kita berfikir sejenak, kepuasan dan kenikmatan apa yang kita dapat saat kita meninggalkan shalat misalnya. Bagi orang-orang yang terbiasa meninggalkan shalat, mereka tidaak mendapatkan apa-apa. Waktu shalat mereka tinggalkan begitu saja terlewat hanya dengan kesibukan yang bernilai siksaan di mata Allah. Begitu juga bagi mereka yang terbiasa dengan kemaksiatan lain.

SUMBER-SUMBER HUKUM ISLAM

Islam berdiri di atas sumber hukum yang jelas dan rinci. Islam mengatur segala perikehidupan umat, baik yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhannya maupun hubungan antar manusia. Keimanan, peribadatan, keilmuan dan akhlak dalam Islam telah ditentukan dasar atau dalil-dalil hukum yang dapat diterima sebagai sumber kebenaran.

Apa saja sumber-sumber hukum dalam Islam yang dapat dijadikan sumber dalil/hukum yang dapat diterima sebagai sumber kebenaran? silahkan simak video berikut yang merupakan acara Halaqoh Maulid yang diadakan Majelis Taklim Sholawat, Desa Kebasen, Talang, Kabupaten Tegal. Bersama KHR Syarif Rahmat,  pada Rabu, 13 Februari 2013.
Semoga bermanfaat...

Video 1                                                      Video 2
 


Video 3                                                       Video 4



Video 5                                                       Video 6



Video 7                                                       Video 8