Minggu, 03 April 2011

Kewaspadaan Kaum 'Arifin

Syeikh Abdul Qadir Al-Jilany, Hari Ahad Pagi tanggal 20 Sya’ban tahun 545 H, di Pesantrennya:
Sesuatu yang paling dahsyat untuk diwaspadai oleh orang yang ma’rifat kepada Allah Azza wa-Jallaadalah: berbincang dengan makhluk dan duduk-duduk dengan mereka, karena itu ada seribu orang yang arif Billah hanya satu yang berbicara, hanya saja ia sangat butuh kekuatan para Nabi as. Bagaimana ia tidak membutuhkan kekuatanpara Nabi, padahal ia harus berada di tengah pluraluitas manusia, berbaur dengan orang yang berakal sehat dan orang yang tidak menggunakan akal sehatnya, berada diantara orang munafik dan orang mu’min.
Maka ia berada dalam suasana yang ekstrim sekali, harus bersabar terhadap hal-hal yang tidak ia sukai, yang padaa saat yang sama ia harus berperan sebagai penolongnya, karena ia harus melaksanakan perintah dari Allah Azza wa-Jalla dalam berbicara pada publik. Ia tidak boleh bicara menurut dirinya, menurut hawa nafsunya dan pilihannya serta kehendaknya sendiri. Ia tak berdaya untuk bicara seperti itu, apalagi menjaganya.
Karena itu bila anda ingin ma’rifat kepada Allah Azza wa-Jalla, anda harus menggugurkan makhluk dari dalam hati anda, sampai tak ada unsur manfaat dan bahaya yang tumbuh dari makhluk dalam hati anda. Sebab anda tidak bisa mengenalnya kecuali memang harus melakukan semua itu.
Ingatlah! Dunia boleh ditangan, boleh di saku baju, boleh digunakan untuk kepentingan kebaikan, tetapi dunia tidak boleh masuk di dalam qalbu. Di luar pintu hati silakan, tetapi dilarang masuk dibalik pintu. Jangan, karena sama sekali tidak ada kemuliaan bagimu. Bila sang hamba bisa fana’ dari dunia seperti itu, seakan-akan dunia tidak ada, dan batinnya tidak berubah sama sekali ketika bencana tiba, ia akan mampu menjalankan perintahnya Allah Azza wa-Jalla. Ia pun mampu menjauhi laranganNya. Sama sekali tidak berhasrat pada sesuatu atau pun berambisi pada suatu hal, untuk dimasukkan dalam hatinya.
Namun begitukah anda? Hai orang yang mengkhianati ilmu dan amal? Hai orang-orang yang menjadi musuh Allah dan rasulNya, wahai orang yang menghalangi hamba-hamba Allah azza wa-Jalla. Anda semua ini berada dalam kegelapan kemunafikan yang nyata. Sampai kapan wahai para Ulama dan para ahli zuhud, kemunafikan ini berakhir?
Berapa kali kalian memanfaatkan kemunafikan di hadapan raja-raja dan penguasa, lalu anda bisa mendapatkan benteng duniawi, kesenangan dan kenikmatannya? Sedangkan kalian dan mayoritas penguasa hari ini berada dalam kegelapan pengkhianatan terhadap harta Allah Azza wa-Jalla yang diperuntukkan bagi hambaNya.
Ya Allah, hancurkan kekuatan orang-orang munafiq, hinakan mereka, atau terimalah taubat mereka, hancurkan kedzalimannya, dan bersihkan muka bumi dari mereka, jadikanlah mereka orang yang baik. Amin.
Wahai para raja, para penguasa, dan wahai orang yang dzalim, wahai orang yang adil, wahai orang munafiq, wahai pemburu dunia sesaat dan akhirat hingga abadi, berpisahlah jiwamu dari segala hal selain Allah swt melalui mujahadah dan zuhudmu. Bersihkan hatimu dari selain Tuhanmu azza wa-Jalla. Hati-hatilah jangan sampai anda digiring oleh sesuatu, ditahan oleh sesuatu yang membuatmu berhenti menuju Tuhanmu Azza wa-Jalla.
Bila bagian rizki telah tiba, anda akan dapatkan dengan tangan perintahNya, dengan tangan keserasian di atas pijakan zuhud di dalamnya, bukan dengan tangan usaha dan cinta pada dunia.
Zuhud itu jika langgeng, akan aktif dalam jasad, merefleksikan rasa gelisah dalam hati dan rasa kurus pada bangunan tubuh. Bila rasa gelisah dan kurus muncul akan ada jalan keluar dari Allah azza wa-Jalla, dengan rasa gembira padaNya, dan ma’rifat kepadaNya, sehingga susah gelisah sirna.
Orang beriman itu hatinya putus dengan makhluk. Inti dirinya putus dengan makhluk sambung dengan Sang Khaliq. Maka bila tauhid menetap di hati, amal lahiriyahnya akan benar, sehingga seimbanglah keseraian lahir batinnya, baik rasa cukup dan rasa butuhmu, pujian dan cacian makhluk padamu, dinilai sama. Kenapa anda tidak mengeluarkan arti pujian dan cacian itu dari dirimu sedangkan hatimu sudah penuh dengan Allah Azza wa-Jalaa, dzikir dan rindu padaNya. Disinilah Allah swt berfirman:
“Disanalah wilayah pertolongan itu hanya bagi Allah Yang Haq.” (Al-Kahfi 44)
Maka anda menjadi pecinta yang benar, menjadi guru yang bijak, yang senantiasa dekat kepadaNya penuh dengan adab, tidak butuh pada makhluk, yakni tidak butuh sestau yang datang dari makhluk.
Hai orang bodoh, belajarlah dari kebodohanmu kenapa anda tidak belajar. Jangan sampai sesuatu yang dating darimu itu memayahkan dirimu, dan tak satu orang pun bisa membahagiakanmu.
Bila sesorang tidak bisa menjadi guru bagi dirinya sendiri, bagaimana ia bisa menjadi guru bagi orang lain?
Wahai kaumku, janganlah kalian itu menganggap lemah kekuasaan
Allah Azza wa-Jalla, yang membuatmu justru bercampur dengan orang-orang kafir. Beramallah dengan ilmu sampai kalian bertemu mereka, dengan amal yang didasari ilmu. Bila amal telah maujud, anda akan tahu kekuasaanNya. Saat itulah Allah azza wa-Jalla menjadikan bangunan dalam hati dan rahasia hatimu. Hingga tak ada hijab yang tersisa antara dirimu dengan Allah swt. Allah pun menampakkan rahasiaNya padamu dan memberikan makanan dari makanan anugerahNya, memberikan minuman dari air kebahagiaan, serta mendudukkan dirimu di atas hamparan makanan taqarrub padamu yang dating dari Allah azza wa-Jalla.
Semua itu adalah buahnya ilmu atas Al-Qur’an dan Sunnah. Amalkanlah keduanya, jangan berhenti hingga anda menemui Allah Sang Pemilik Ilmu, dan Dia meraihmu di hadapanNya. Bila anda menyaksikan Sang Guru Hukum dengan tarikan yang kuat dalam KitabNya, maka Dia mentransformasikan padamu menuju Kitab Pengetahuan. Bila termanifestasi di dalam hatimu dan maknanya meresap padamu, sedangkan Nabi saw, menyertai hati dan makna, beliau meraih keduanya dan memasukkan di hadapan Sang Maha Diraja, serta beliau bersabda, “Inilah kalian berdua dan Tuhan kalian.”
Bila bagian rizki telah tiba, anda akan dapatkan dengan tangan perintahNya, dengan tangan keserasian di atas pijakan zuhud di dalamnya, bukan dengan tangan usaha dan cinta pada dunia.
Zuhud itu jika langgeng, akan aktif dalam jasad, merefleksikan rasa gelisah dalam hati dan rasa kurus pada bangunan tubuh. Bila rasa gelisah dan kurus muncul akan ada jalan keluar dari Allah azza wa-Jalla, dengan rasa gembira padaNya, dan ma’rifat kepadaNya, sehingga susah gelisah sirna.
Orang beriman itu hatinya putus dengan makhluk. Inti dirinya putus dengan makhluk sambung dengan Sang Khaliq. Maka bila tauhid menetap di hati, amal lahiriyahnya akan benar, sehingga seimbanglah keseraian lahir batinnya, baik rasa cukup dan rasa butuhmu, pujian dan cacian makhluk padamu, dinilai sama. Kenapa anda tidak mengeluarkan arti pujian dan cacian itu dari dirimu sedangkan hatimu sudah penuh dengan Allah Azza wa-Jalaa, dzikir dan rindu padaNya. Disinilah Allah swt berfirman:
“Disanalah wilayah pertolongan itu hanya bagi Allah Yang Haq.” (Al-Kahfi 44)
Maka anda menjadi pecinta yang benar, menjadi guru yang bijak, yang senantiasa dekat kepadaNya penuh dengan adab, tidak butuh pada makhluk, yakni tidak butuh sestau yang datang dari makhluk.
Hai orang bodoh, belajarlah dari kebodohanmu kenapa anda tidak belajar. Jangan sampai sesuatu yang dating darimu itu memayahkan dirimu, dan tak satu orang pun bisa membahagiakanmu.
Bila sesorang tidak bisa menjadi guru bagi dirinya sendiri, bagaimana ia bisa menjadi guru bagi orang lain?
Wahai kaumku, janganlah kalian itu menganggap lemah kekuasaan
Allah Azza wa-Jalla, yang membuatmu justru bercampur dengan orang-orang kafir. Beramallah dengan ilmu sampai kalian bertemu mereka, dengan amal yang didasari ilmu. Bila amal telah maujud, anda akan tahu kekuasaanNya. Saat itulah Allah azza wa-Jalla menjadikan bangunan dalam hati dan rahasia hatimu. Hingga tak ada hijab yang tersisa antara dirimu dengan Allah swt. Allah pun menampakkan rahasiaNya padamu dan memberikan makanan dari makanan anugerahNya, memberikan minuman dari air kebahagiaan, serta mendudukkan dirimu di atas hamparan makanan taqarrub padamu yang dating dari Allah azza wa-Jalla.
Semua itu adalah buahnya ilmu atas Al-Qur’an dan Sunnah. Amalkanlah keduanya, jangan berhenti hingga anda menemui Allah Sang Pemilik Ilmu, dan Dia meraihmu di hadapanNya. Bila anda menyaksikan Sang Guru Hukum dengan tarikan yang kuat dalam KitabNya, maka Dia mentransformasikan padamu menuju Kitab Pengetahuan. Bila termanifestasi di dalam hatimu dan maknanya meresap padamu, sedangkan Nabi saw, menyertai hati dan makna, beliau meraih keduanya dan memasukkan di hadapan Sang Maha Diraja, serta beliau bersabda, “Inilah kalian berdua dan Tuhan kalian.”
Sumber: sufinews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar