Kearifan
berfikir itu diperlukan keluasan ilmu pengetahuan kususnya dalam ilmu agama
agar logika kita terbangun kuat dan megah hingga bisa mengayomi, melindungi dan
memberikan keamanan serta keselamatan diri kita dan umat manusia, baik di dunia
maupun kelak di akhirat. Dalam kajiannya ini Gus Baha mengatakan bahwa logika
itu liar dan menipu jika tidak arif dan menyertakan logika bandingannya serta
tanpa bimbingan guru, demikian kata Gus Baha. Satu logika akan kelihatan masuk akal jika hanya dipandang dari satu
arah ( satu sudut pandang). Inilah pentingnya belajar agama secara luas dan
cerdas dengan bimbingan seorang guru yang keilmuannya juga luas. Kesalahan
berlogika tanpa kearifan akan berdampak sangat merusak. Berbahaya buat dirinya
dan membahayakan orang lain.
Contoh ringan
kesalahan-kesalahan dalam berlogika:
Memberi sedekah dan
bantuan kepada orang miskin itu baik. Dan orang yang miskin itu adalah kehendak
Allah. Tapi mereka yang tidak punya kearifan dan salah berlogika akan berkata
bawa, tidak perlu kita memberikan bantuan kepada orang miskin yang sudah menjadi
kehendak Allah. Kalau kita memberikan bantuan berarti kita menentang kehendak
Allah. Dan logika seperti ini kelihatannya benar jika kita tidak arif dengan
logika lain sebagai pembanding. Tapi orang yang berakal akan berlogika
bahwa, jika kita memberikan bantuan kepada orang miskin itu juga kehendak
Allah. Dan bagi kita, berarti kita melakukan perbuatan baik yang diperintah
oleh Allah.
Mungkin
sebagai orang Islam kita juga sering melakukan logika-logika yang kurang baik.
Contoh: Ada seorang santri yang sedang melakukan perjalanan untuk berdagang
melewati sebuah padang pasir jauh dari perkampungan. Dalam perjalanan itu dia
melihat ada beberapa burung yang silih berganti memberikan makan kepada seokor
burung yang lumpun dan tidak bisa terbang karena sayapnya patah. Lalu seorang
ini dalam renungannya menyimpulkan bahwa Allah selalu memberi rejeki kepada tiap-tiap
mahluknya sekalipun ia tidak bekerja dan
tidak bisa mencari makan. Setelah
orang ini ketemu dengan gurunya ia berkata bahwa ia berkeinginan untuk tidak
lagi bekerja dan berdagang dengan alasan seperti yg ia simpulkan setelah
melihat burung dalam perjalanan kemarin yang sayapnya patah tapi tetap saja ia
mendapat rejeki dari Allah. Lalu sang guru meluruska logika yang lebih baik
kepada santri ini dengan berkata bahwa, kamu mestinya mengambil contoh kepada
burung-burung yang memberi makan kepada burung yang tidak bisa cari makan. Itu
lebih mulia. Bukankah sifat memberi itu lebih baik dari sifat menerima? Rejeki
si pemberi maupun si penerima semua datangnya dari Allah. Lalu santri ini tobat
dan menyesal di depan gurunya atas kesalahan ini.
Inilah contoh kesalahan-kesalahan berfikir yg sering tidak kita sadari. Hingga kita tetap
membutuhkan kearifan seorang guru.
Khususnya untuk pemuda-pemuda pelajar dan mahasiswa yang diharapkan menjadi generasi penerus bangsa, negara dan masyarakat dunia pada umumnya agar jangan puas dengan ilmu dan pemahaman yang kalian dapat dari satu titik. Cari dan bergaul dan terbukalah hati dan pandangan kita dengan para ulama-ulama di luar komunitas kita untuk memperluas cakrawala dan hasanah keilmuan dan pemahaman dalam Agama, agar kita tidak dikatakan "kurang piknik" atau "mainnya kurang jauh".
Simak selengkapnya pengajian Gus Baha dalam Video berikut ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar